Wisatawan Protes, Taman Nasional Komodo Malah Penuh Beton
Proyek Taman Nasional Komodo bikin kecewa, turis mau lihat alam bukan beton
Seorang wisatawan Labuan Bajo, Alexander Pelung, menyampaikan kegelisahannya soal Taman Nasional Komodo lewat webinar. Menurutnya saat ini TN Komodo lagi dalam bahaya.
Ia bercerita kalau turis yang datang ingin menikmati komodo sebagai lokasi konservasi, namun yang ia dapat bukan alam melainkan beton-beton bangunan.
“Jangankan bangunan yang dilakukan pengusaha sekarang, bangunan kecil saja mereka bertanya-tanya, kok ada bangunan?” tuturnya.
“Apalagi dengan bangunan yang sekarang begitu besar kemudian setelah saya lihat masterplannya, nanti itu sangat merusak alam di TN Kamodo itu sendiri,” katanya.
Banyak tamu jadi komplain dengan keberadaan Taman Nasional Komodo, pasalnya sangat kontra sekali dengan TN Komodo sementara itu adalah konservasi.
Protes dari para aktivis yang gak didengar
Menurut Alex, pembangunan wisata Jurrasic Park dan pusat kuliner ini sudah menyalahi status Taman Nasional Komodo sebagai situs warisan dunia, Unesco. Padahal TN Komodo adalah pusat konservasi Komodo.
Sebenarnya berbagai upaya dari Alex dan para aktivis Manggarai Barat lainnya untuk mencegah pembangunan ini sudah mereka lakukan. Namun suara mereka sepertinya masih tidak terdengar.
“Kami sudah demo beberapa kali di Manggarai Barat di Labuan Bajo untuk penolakan itu. Jangankan dia lakukan sekarang, sementara rencana dia sejak awal itu kita sudah lakukan demo penolakan tentang itu. Sekarang sudah berjalan pembangunan di Pulau Rinca, UNESCO baru tanggapi sekarang,” ujarnya.
Bahkan banyak aktivis Labuan Bano yang sampai terjun lapangan untuk mencabut patok-patok yang sudah tertanam.
Permintaan dari UNESCO hentikan proyek pada Taman Nasional Komodo
Sebelumnya, UNESCO melalui Konvensi Komite Warisan Dunia juga telah mengeluarkan permintaan untuk menghentikan sementara proyek infrastruktur ini.
Rekomendasi ini tertulis dalam Surat Keputusan World Heritage Committee pada pertemuan secara online dari tanggal 16-31 Juli, Fuzhou, China. Pasalnya proyek ini, menurut UNESCO, berdampak buruk pada nilai universal luar biasa.