Visvim, Brand Jepang ‘Besutan’ Hiroki Nakamura
Kalau lo dengar Visvim, pasti lo langsung teringat oleh Hiroki Nakamura. Brand asal Jepang ini memliki banyak ‘fanboy’, dan salah satunya adalah penyanyi begitar asal America, John Mayer.
Visvim dan John Mayer bisa dibilang tidak terpisahkan! Sebagai fans dari John Mayer, sering banget gua ngelihat mantan Katy Perry men-styling Visvim dengan ‘style’ khas miliknya. Tapi artikel kali ini bukan mau bahas John Mayer yah, melainkan Visvim-nya.
Gua akan bahas, sedikit soal serjarah sampai Visvim, tapi sebelum dimulai, kasih bonus styling Visvim ala ‘John Mayer’ ;
*awas jangan BM*
via GQ.com
Kenapa Namanya ‘VISVIM’?
Visvim pertama kali didirikan pada tahun 2001, dan menariknya tidak ada sama sekali makna ‘literal’ dari Visvim itu sendiri. Sang desainer yang juga founder dari brand tersebut, Hiroki Nakamura pada akhirnya memilih nama tersebut karena dirinya tidak sengaja menemukannya saat sedang melihat-lihat kamus Latin. Teman baik John Mayer ini menemunkan katan ‘vis‘ dan ‘vim‘, kemudian dia berfikir bawah sepertinya Visvim terdengar menarik.
*LOL, siapa sangka nama keren Visvim, ternyata malah didapat dari ketidaksengajaan.*
Filosofi ‘VISVIM’
Visvim dikenal sebagai salah satu brand dengan kualitas ‘craftmanship‘ yang luar biasa dan begitu menghargai ‘makna‘ dari sebuah tradisi. Brand asal Jepang ini sering kali memecahkan batasan yang ada pada streetwear. Visvim sering sekali menggunakan teknik tradsional dan memadupadankan dengan ‘technical innovations‘. Hiroki Nakamura berhasil memperkenalkan brand tersebut dengan image ‘devoted cult‘, namun dimasa yang sekarang ini Visvim juga dikenal sebagai brand lifestyle. Meski demikian satu hal yang tidak pernah berubah dari Visvim adalah inovasi produk yang dibarengi dengan ‘attention to detail-nya’.
Hiroki sendiri terinspirasi fashion dari era post-war di Jepang, dimana saat itu fashion dipengaruhi oleh ‘casual American clothing‘, dan dari situlah dirinya belajar soal Americana style. Hiroki juga pernah tinggal lama di Alaska,dia menghabiskan banyak waktunya untuk meng-eksplorasi aktivas outdoors, camping dan juga snowboarding, dirinya bahkan pernah tinggal bareng dengan berabagai kelompok adat, dan dari situlah dia semakin ‘cinta dengan budaya native american dan cara hidup bermanfaat.
Dia akhirnya kembali ke Jepang dan sempat bekerja sebagai desainer di Burton Snowboards. Selama 8 tahun bekerja di sana, Hiroki semakin terobsesi dengan ‘American cloothing‘ dan footwear (woork boots dan moccasins), Dirinya juga mengkoleksi Native American Moccasin yang pada akhirnya menjadi inspirasi baginya untuk merilis salah satu ‘footwear‘ Visvim yang masih digemari sampai saat ini, yaitu Visvim FBT.
Visvim FBT
Sebelum menjadi Visvim yang sekarang, awalnya brand Hiroki ini terkenal karena line ‘footwear‘. Bisa dibilang sepatu jebolan Visvim pada masa itu adalah yang paling populer dan membawa kesuksesan bagi Visvim.
Artikel tersebut adalah FBT, sepatu yang menjadi ciri khas Visvim karena berhasil menghadirkan moccasin dengan ‘feels‘ sneakers. FBT sendiri terinsiprasi dari classic Native American mocassin, dimana pada versi originalnya menampilkan ‘fringe‘ yang bisa dicopot/pasang dan berguna sebagai layer ekstra di bagian ankle untuk melawan cuaca yang dingin.
Hiroki kemudian memoderninasai siluet tersebut dan mengaplikasikan EVA Phylon midsole, dimana material tersebut lebih sering ditemukan pada sepatu kets atau sneakers dan berguna memberikan kenyamanan ekstra. Sentuhan akhir pada FBT adalah TPU heel stabilizer yang memberikan siluet dengan kesan ‘atletik‘, dan sepatu tersebut dinilai sebagai sesuatu yang baru!
Lewat artikel FBT, Visvim seakan memberikan sebuah analogi dari filosi brand tersebut, yaitu ALWAYS LOOKING TO THE PAST, YET NEVER BOUND BY IT!
Nama FBT sendiri diambil dari band new vawe pop asal Inggris yaitu Fun Boy Trio. Pada cover album kompilasi band tersebut, salah satu membernya yaitu Terry Hall menggunakan sepasang dark suede moccasin, dan itulah sebuah anekdot yang Hiroki anggap cocok dengan visinya soal East meets Weets. Mesikpun di awal launching belum ada tanda kesuksesan, namun akhirnya FBT berhasil menjadi sebuah artikel yang begitu ikonik sampai saat ini dan merupakan model terpopuler.
VISVIM Rambah Dunia ‘Clothing’
Setahun setalah FBT, Visvim sudah mulai memperluas bisnisnya dan masuk ke area clothing line. Di fase-fase awal, Hiroki memilih sebuah desain yang aesthetic namun tidak melupakan ‘performa’, sebagai wujud kecintaannya akan Americana, akhirnya dirinya merilis military jacket dengan penggunaan bahan waterproff Gore-Tex. Artikel tersebut dikenal dengan sebutan ‘Bickle‘, sebuah nama yang diambil dari karakter yang diperankan oleh Robert de Niro di film Taxi Driver. Selain itu, Visvim juga dikenal dengan beberapa artikel lain, dan salah satu yang juga populer adalah tas punggung yang terbuat dari bahan Cordura ballistic nylon.
Di tahun 2005, Visvim sudah mulai merubah aliran clothingnya menjadi ‘menswear‘. Brand yang awalnya juga dikenal sering merilis artikel ‘streetwear‘ pada akhirnya mengalami perubahan sesuai dengan selera, gaya dan visi dari Hiroki Nakamura sendiri. Lewat sebuah wawancara di GQ pada tahun 2013, Nakamura menjelaskan kalau dirinya ingin membuat sesuatu yang dimasa depan akan menjadi sesuatu yang ‘vintage‘. ‘Future Vintage‘- begitu tuturnya.
Future Vintage
‘I prefer to have things I can use for a long time that last. Something like this experimental project [Visvim] is expensive because I’m trying to discover things like old techniques and handmade craftsmanship. So the retail price will be very expensive. But what I’m trying to do is the best in 2013 or 2014. I’m trying to do the best that I can, at hopefully a reasonable price. I’m also introducing the option that, maybe instead of buying five jackets, you can buy one that will last longer. I want to create things that can be vintage in the future.’
Dari poin diatas, Hiroki menyampaikan alasan kenapa Visvim memilik harga retail yang boleh dibilang tinggi dan maksud dari Future Vintage. Hiroki ingin membuat sesuatu yang bisa dipakai oleh customernya dalam waktu yang lama dan dikemudian hari barang tersebut akan masuk ke dalam kategori ‘vintage‘
Selain craftmanship dan quality, Visvim dan Hiroki Nakamura juga dikenal sangat menyukai teknik ‘natural dying’. Bukan hanya indigo, melainkan berbagai warna lainnya. Sering kali warna tersebut merupaka extract dari sayur ataupun pohon.
—
Itu tadi sedikit ‘sejarah’ dan latar belakang dari Visvim. Sampai saat ini Visvim masih menjadi salah satu leading brand, terutama di line menswear. Jujur gua sendiri tidak terlalu menggilai Visvim, mungkin dari segi filosi dan apa yang ingin disampaikan brand ini sangatlah keren.
Masalahnya ada pada kantong yang gak cocok sama harganya :)
source : Grailed.com & Heddels.com
BACA JUGA: