Tragedi Kanjuruhan: Perkembangan Berita Penting yang Terjadi Sejauh Ini
Dari rekonstruksi tragedi Kanjuruhan, hingga rencana peruntuhan stadion
Pada tanggal 1 Oktober lalu, tragedi Kanjuruhan terjadi. Ratusan orang jadi korban, bahkan lebih dari 100 orang meninggal.
Presiden pun membentuk Fakta Peristiwa Stadion Kanjuruhan Malang (TGIPF), sementara proses hukum bergulir.
Berikut perkembangan berita penting yang terjadi sejauh ini!
- Rekonstruksi tragedi Kanjuruhan tak perlihatkan tembakan gas air mata ke tribun
Rabu (19/10) lalu, rekonstruksi tragedi Kanjuruhan digelar di Lapangan Sepak Bola Polda Jatim.
Namun reka ulang tersebut menuai kritik karena bertolak belakang dengan fakta yang terekam lewat sejumlah video yang bersirkulasi di jagat maya. Yang ada hanya penembakkan gas air mata di area sentelbann.
Hal tersebut pun dinilai tidak sesuai dengan temuan TGIPF.
Kadivhumas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo pun menilai hal tersebut bukan masalah.
”Tidak masalah. Tersangka punya hak ingkar. Tetapi, penyidik juga punya keyakinan dan alat bukti yang nanti akan dipertanggungjawabkan dalam persidangan,” jelasnya.
- Pemberi perintah penembakan gas air mata terungkap
Rekonstruksi tragedi Kanjuruhan mengungkap pemberi perintah tembakan gas air mata.
Ia adalah AKP Has Darmawan merupakan Komandan Kompi (Danki) III Brimob Polda Jatim. Dalam reka ulang, Has Darmawan diketahui memerintahkan tembakan gas air mata pada adegan ke-18.
Lalu pada adegan ke-19 hingga ke-25, anggota Brimob melepaskan tembakan gas air mata ke tribun penonton. Tembakan gas air mata itu dilakukan sebanyak lima personel Brimob.
- Rekaman CCTV lenyap
Rekaman CCTV dengan durasi 3 jam 21 menit 54 detik hilang misterius. Hal ini terungkap berkat laporan investigasi TGIPF.
“Pergerakan awal rangkaian baracuda yang akan melakukan evakuasi tim Persebaya, dapat terekam melalui CCTV yang berada di lobi utama dan area parkir, “ demikian salah satu poin dokumen laporan TGIPF yang telah terkonfirmasi, dikutip dari Kompas.com, Selasa (18/10/2022).
“Tetapi rekaman CCTV tersebut mulai dari pukul 22.21.30 dapat terekam dengan durasi selama 1 jam 21 menit, dan selanjutnya rekaman hilang (dihapus) selama 3 jam, 21 menit, 54 detik, kemudian muncul kembali rekaman selama 15 menit,” sambung temuan TGIPF.
Nggak cuma itu, laporan tersebut juga menemukan adanya upaya dari pihak kepolisian untuk mengganti rekaman baru.
“Ada juga upaya aparat kepolisian untuk mengganti rekaman dengan yang baru. Hal ini (berdasarkan) kesaksian dari Pak Heru selaku General Koordinator,” tulis laporan TGIPF.
- Beda pengakuan soal intimidasi keluarga korban yang ingin autopsi
Keluarga korban berencana untuk melaksanakan autopsi pada Kamis (20/10/2022). Namun upaya tersebut dibatalkan karena dugaan adanya intimidasi.
Hal ini dikonfirmasi oleh Sekjen Federasi KontraS, Andy Irfan. Ia menyebut para aparat dilaporkan secara gegabah hadir ke rumah keluarga korban tersebut.
“Dalam hal ini ayah dari dua korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan, yang bersedia untuk melakukan autopsi,” kata Andy kepada wartawan di Kota Malang, Rabu (19/10/2022).
“Jadi saya kira kalau dari pihak kepolisian menyatakan tidak ada intimidasi, itu tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan di lapangan,” jelasnya.
Di sisi lain, TGIPF menjelaskan bahwa tidak ada upaya intimidasi dari polsisi kepada keluarga korban. Namun, TGIPF membenarkan bahwa ada polisi yang datang ke rumah keluarga tersebut.
Pihak keluarga pun menjelaskan bahwa pihaknya bersedia menjalani autopsi jika ada jaminan keamanan.
- Stadion Kanjuruhan bakal diruntuhkan
Stadion Kanjuruhan yang jadi markas Arema FC bakal diruntuhkan.
Sebagai gantinya, stadion yang menjadi lokasi tewasnya 133 supporter akibat berebut keluar tersebut akan digantikan dengan stadion baru yang berstandar FIFA.
“Untuk stadion Kanjuruhan di Malang juga akan kita runtuhkan dan kita bangun lagi sesuai dengan standar FIFA,” ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa, 18 Oktober 2022.
Rencana tersebut pun disambut baik oleh Presiden FIFA, Gianni Infantino.
“Untuk stadion Kanjuruhan di Malang juga akan kita runtuhkan dan kita bangun lagi sesuai dengan standar FIFA,” ujar Jokowi.