Tiket Rp750 Ribu untuk Naik Candi Borobudur: Apa Sih Keistimewaannya?
Candi Borobudur simpan banyak sejarah
Nama Candi Borobudur mencuat ke permukaan jadi topik pembicaraan di media sosial beberapa waktu belakangan.
Hal ini dipicu kenaikan harga tiket menjadi Rp750 ribu untuk naik ke candi tersebut.
Lantas, apa sih keistimewaan bangunan yang satu ini? Berikut beberapa di antaranya!
- Butuh waktu 23 untuk dibangun
Candi Borobudur pertama kali dibangun pada 800 sebelum masehi.
Bangunan ini punya 25 lantai dan para ahli masih belum mengetahui bagaimana candi tersebut dibuat.
Pasalnya konstruksi bangunan ini hanya menggunakan peralatan sederhana tanpa menggunakan semen.
- Pernah berwarna
Para ahli arkeologi meyakini bahwa bangunan ini sempat berwarna.
Mereka menganalisa bahwa mulanya bangunan ini dicat warna putih sebelum akhirnya diberi sentuhan warna. Pasalnya candi ini mengandung pigmen warna biru, merah, hijau, hitam, hingga lembaran emas.
Namun warnanya pudar dan berubah menjadi abu-abu karena abu letusan gunung berapi dan minimnya perawatan.
- Punya panel tersembunyi yang menyimpan cerita
Candi Borobudur punya 160 panel tersembunyi yang mengisahkan cerita yang berbeda-beda.
Setiap panel dilengkapi dengan ilustrasi yang memperkuat cerita tersebut.
Kisahnya merentang dari isu gosip, pembunuhan, gerakan amal, ziarah dan tempat-tempat suci.
- Pernah jadi keajaiban dunia
Candi Borobudur dikenal sebagai peninggalan candi terbesar dari abad ke-9.
Meski sudah melalui proses panjang, bangunan ini tetap kokoh dan indah. Proses pembangunannya yang penuh misteri juga jadi salah satu daya tarik tersendiri.
Berkat keunggulan-keunggulan tersebut, bangunan tersebut bahkan sempat menjadi salah satu daru tujuh keajaiban dunia
- Kunto Bimo
Candi Borobudur punya sebuah arca Buddha yang disebut Kunto Bimo.
Mitos menyebut bahwa siapapun yang bisa menyentuh arca ini yang terletak di dalam stupa berongga ini akan memperoleh keberuntungan.
Nama Kunto Bimo sendiri memiliki arti khusus; Kunto diambil dari bahasa Jawa yang berarti “ngento-ento” atau permintaan, sementara Bimo diambil dari kata Bima yang merupakan salah satu tokoh pandawa yang memiliki sifat pantang menyerah.
Dengan demikian, Kunto Bimo berarti permintaan dengan pantang menyerah dan berharap mendapatkan hasil.
Meski begitu, ada pula dugaan yang menyebut bahwa mitos ini adalah akal-akalan petugas candi pada 1950-an. Pasalnya arkeolog mendiang R. Soekmono yang sempat memimpin proyek pemugaran candi pada 1971-1983 menyebut mitos tidak berkaitan dan tidak diajarkan dalam agama Buddha.
Your thoughts? Let us know in the comments below!