The Panturas Rilis Film Pendek Adaptasi Lagu “All I Want,” Disutradarai Edy Khemod dan Dibintangi Tio Pakusadewo
The Panturas kisahkan aksi balas dendam yang terinspirasi dari kisah nyata
Tak lama setelah merilis album keduanya, The Panturas kini melepas film pendek.
Film tersebut diadaptasi dari track “All I Want” dari album yang berjudul “Ombak Banyu Asmara” tersebut.
Film tersebut menghadirkan kisah balas dendam seorang perempuan bernama Ida kepada seorang tukang jagal, pembunuh orang tuanya yang dituduh antek PKI pada masa pemberangusan komunis ’65.
Baca juga: Coldplay Rilis Lagu Kolaborasi Bareng BTS, Afgan Gandeng Robin Thicke di Remix Lagu “Touch Me” [Friday Music Selection]
Drummer Seringai arahkan film pendek The Panturas
Film tersebut disutradarai Edy Khemod yang juga dikenal sebagai drummer Seringai.
Di depan layar, film ini dibintangi sejumlah aktor berkelas seperi Prisia Nasution sebagai Ida, Dimas Danang sebagai Anwar, dan the one and only Tio Pakusadewo sebagai sang tukang jagal.
“Ini formula eksperimen baru yang tepat untuk mengenalkan lagu The Panturas setelah sebelumnya kami sudah mencoba hampir semua hal dalam menangani video musik; dari mulai treatment stop motion, warna yang vibrant, warna hitam-putih dan lain-lain,” jelas manajer The Panturas, Iksal R. Harizal.
“Dan The Panturas tidak pernah melakukan sesuatu dengan setengah hati. Makanya kami mengajak orang-orang terbaik di bidangnya.”
Baca juga: BTS x Coldplay Kolaborasi dengan Tahilalats untuk Memperkenalkan Single Terbarunya, “My Universe”
Terinspirasi dari pengalaman pribadi dan kisah nyata
Tema unik film ini tentu tidak diambil tanpa alasan.
Lagunya terinspirasi dari pengalaman personal vokalis/gitaris Abyan ‘Acin’ Zaki Nabilio ketika mendekati perempuan “hipster kiri.” Sementara itu, film ini menganalogikan tema tersebut menjadi paham ideologi kiri yang dianut tokoh perempuan.
Uniknya, film ini juga menggunakan kasus Setiabudi 13 di tahun 1981 sebagai referensi.
“Ketika tengah mengembangkan cerita, kami sadar kalau ternyata violence breed violence. Susah untuk memutus mata rantai lingkaran kekerasan, makanya sebaiknya dihindari,” ujar Khemod.
“Dan walaupun bergaya fiksi film ini mengandung pertanyaan, bahwa ada masa lalu yang terus ditutupi, dan kita tidak pernah terbuka sebagai sebuah bangsa setiap kali menghadapi masalah itu. Jadi, bukan tidak mungkin kejadian berdarah seperti di film ini bisa terwujud di kehidupan nyata.”
Apa pendapat lo tentang film ini? Do tell us in the comments below!