Review Film “Mother” Netflix, Kisah Kompleks dan Toxic Hubungan Ibu dan Anak
Terinspirasi dari kisah nyata di tahun 2014, film Mother saat ini tayang di Netflix
Film Mother Netflix di review untuk memberikan sedikit gambaran sebelum pada akhirnya Lo memutuskan untuk menontonnya. Secara garis besar, film ini sedikit sulit dipahami.
Meski berjudul Mother, film yang sudah tayang di Netflix sejak 3 November sangat jauh berebeda dari ekspektasi penonton yang membayangkan alur cerita ke-ibuan dari tokoh utama. Sedari awal sampai akhir film, penonton dibuat justru dibuat gagal paham dengan si ibu.
Salah satu alasan utama untuk tidak melewatkan film ini meski ‘absurd‘ adalah fakta bahwa ini based on true story pada sebuah kejadian di tahun 2014. Di mana ada seorang anak laki-laki secara misterius tega menghabisi nyawa nenek dan kakenya.
Alur cerita film Mother, perbandingan kontrast image seorang ibu pada umumnya
Film dibuka dengan sebuah adegan saat Akiko (Ibu) secara tidak sengaja bertemu Shuhei (Anak) yang memilih bolos sekolah. Pada perjumpaan itu, sifat aneh ibunya sudah terlihat. Dia melihat kaki Shuhei yang terluka dan kemudian menjilat luka itu.
Bukannya menyuruh kembali sekolah, Akiko malah mengajak Shuhei berenang. Pada saat itu mungkin penonton masih beranggapan bahwa itu cara Akiko menyenangkan hati anaknya yang sedang sedih. Tapi ternyata, sosok Akiko sangat jauh dari karakter ibu penyayang dan bertanggung jawab.
Pada suatu ketika, Akiko berkunjung ke rumah orang tuanya untuk meminjam sejumlah uang. Saat tidak diberikan karena sudah berkali-kali meminjam dan tidak pernah mengembalikan, Akiko malah menggunakan Shuhei sebagai alasan. Sayangnya trik itu tidak berhasil.
-
Sosok Pocong Muncul di Serial “Start Up,” Betulkah Hantu Indonesia Itu Jadi Cameo?
-
Serial “Start-Up” Ternyata Menyimpan Segudang Misteri, Ini Buktinya!
Anehnya, meski mengalami kesulitan ekonomi, Akiko sama sekali tidak berfikir untuk mencari nafkah demi menghidupi putranya. Dia malah lebih sibuk mencari perhatian dari para pria, bahkan sang anak sering kali diperlakukan tidak sebagaimana mestinya.
“Shuhei, belikan makan“, “Shuhei, transfer uang ke ibu“. Bahkan suatu ketika, sang ibu secara santai menitipkan anaknya pada petugas kesejahteraan sementara sang ibu bersenang-senang bersama pria yang ditemuinya. Selain itu, tidak jarang Shuhei juga dimanfaatkan untuk memeras mantan suami, dan kakak wanitanya.
Sebuah hubungan anak dan ibu yang sulit dijelaskan, satu-satunya kata yang tepat mungkin toxic
Anehnya meski sering mendapatkan perlakuan kasar, dan terkesan seperti anak tidak terawat, Shuhei begitu menyangi ibunya. Seolah sang ibu adalah segalanya bagi bocah tersebut.
Pada satu kejadian saat Akiko mengaku hamil pada salah satu pria yang pernah menidurinya, Shuhei datang untuk melindungi sang ibu. Meski harus babak belur dihajar karena tubuhnya yang masih kecil, Shuhei memeluk erat sang ibu.
Bahkan sampai beranjak dewasa, Shuhei seolah mengambil peran sebagai seorang kepala keluarga, di mana dia bekerja dan mengurus adiknya dengan penuh kasih sayang. Meski diperlakukan begitu luar biasa baik dan perkataannya selalu dituruti Shuhei, Akiko tidak pernah berubah menjadi ibu yang bertanggung jawab.
Dia masih sering memaksa sang anak untuk memenuhi kebutuhannya, bahkan sampai menyuruhnya mencuri mencuri dari majikan tempat Shuhei bekerja. Bisa dibilang hubungan ini sangatlah tidak sehat karena pastinya Shuhei begitu tertekan.
Namun saat penonton mengira sudah menyaksikan semua penderitaan Shuhei, muncul sebuah permintaan gila dari sang ibu. “Kalau kamu membunuh nenekmu, pastilah kita punya uang,” begitu tuturnya. Sontak hal tersebut menimbulkan pergolakan batin pada Shuhei.
Meski demikian, dia memilih untuk tetap mengikuti kemauan sang ibu. Hubungan toxic ini tidak pernah berhenti bahkan sampai Shuhei harus mendekam di penjara. Saat ditanya apakah sang ibu menyuruhnya melakukan pembunuhan itu, Shuhei selalu mengelak.
Final thougts on “Mother” Netflix : 7/10
Meski datar dan berdurasi lumayan panjang, menurut gua film ini patut ditonton. Alasannya karena sepanjang film, psikis dan emosi penonton di bawa ‘bermain’. Di satu sisi pasti Lo akan benci dengan sosok ibu, namun di sisi lain Lo tidak berhenti mempertanyakan kenapa Shuhei bisa begitu?
Menariknya, jawaban itu ada di akhir segmen film. So, incase you’re wondering, just watch till the end.