Pros and Cons Minimalism Lifestyle
Belakangan ini, gaya hidup minimalis menjadi tren menjadi mulai digandrungi oleh masyarakat dunia sebab Marie Kondo, seorang konsultan dari Jepang, merilis sebuah buku :The Life-Changing Magic of Tidying Up: The Japanese Art of Decluttering and Organizing. Metode pengelompokkan barang yang diterkenalkan oleh Marie Kondo ini disebut Konmari. Marie Kondo membuat sebuah sistem pengelompokkan barang sesuai dengan jenis atau fungsinya, hanya menyimpan barang yang dianggapnya dapat memberikan “spark joy” kepada sang pemilik terkait dengan fungsi serta rasa bahagia.
Forbes mengklaim tren gaya hidup minimalis ini merupakan bagian dari gaya hidup generasi Millenials. Karena banyaknya penganut gaya hidup minimalis mulai membuka second hand/pre-loved store secara sporadis yang memberikan dampak buruk pada industri fast fashion. Namun, yang menjadi perhatian adalah seberapa besarkah gaya hidup ini mempengaruhi kehidupan setiap orang yang menganutnya? Di bawah ini adalah manfaat dan kerugian yang dapat ditimbulkan dari gaya hidup minimalis, dimulai dari manfaatnya.
1. Hemat Uang
Jelas hidup minimalis ini memang sangat memisahkan mana kebutuhan yang benar-benar penting dari keinginan hedonisme semata. Memanfaatkan penggunaan uang untuk hal-hal yang esensial saja tentu bisa membuat pengaturan finansial semakin efektif. Jika ingin mengikuti gaya hidup ini mulailah beli barang yang penting saja dan mulai lah jual barang yang sudah tidak terpakai.
2. Mengurangi Stress
Jika memulai hidup minimalis ini, mungkin akan lebih mudah jika dimulai dari mendekorasi ulang kamar dengan desain yang lebih minimalis. Mengatur ulang kembali barang yang barang yang sudah tidak dibutuhkan di kamar agar lebih rapi. Tentu bersih dan teraturnya kamar yang sehari-hari ditinggali akan memberikan pikiran yang lebih jernih dan menjauhkan dari stress.
3. Meningkatkan Self Love
Gaya hidup minimalis sesungguhnya mengajarkan untuk mencintai diri sendiri. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup yang lebih mengutamakan mengenal diri sendiri dibanding mengikuti ego pribadi yang kadang merusak. Tahapan berikutnya dalam gaya hidup minimalis adalah kemudahan dalam mencintai diri sendiri. Lebih mengenal diri sendiri, memiliki komitmen karena rasa nyaman, juga konsisten dengan gaya yang disukai sehingga membuat lebih bersyukur dengan apa yang kita miliki
Namun gaya hidup minimalis ini juga memilki kontra di dalamnya. Niklas Göke yang sudah menganut gaya hidup ini sejak tahun 2012menjabarkan bahwa gaya hidup minimalis itu tidak akan membuat penganutnya menjadi lebih happy . Ia menjabarkan dalam artikel yang ia tulis di Medium berjudul “Minimalism Will Not Make You Happier“.
1. When Freedom Hurts
Niklas memulai perjalanannya sebagai seorang minimalis dengan tujuan untuk mendapatkan kebebasan dalam finansialnya, terbebas dari hutang atau pun cicilan yang memberatkan. Menurutnya, kebanyakan orang tidak pernah sampai pada titik di mana mereka dapat hidup tanpa batas dari aset yang mereka bangun, sehingga sepanjang hidup mereka, mereka terbiasa memakai sebagian besar waktu mereka untuk mendapatkan uang.
Seiring berjalannya waktu ia menganggab bahwa kebebasan ini ternyata menyiksanya, mengutip dari artikelnya ia berkata mengeluarkan pernyataan. Sometimes, freedom hurts. Free or not, if you fall into the void, you have to claw your way back out. Minimalism is a bit like that. If you only do it so your house is empty, then you might not like what happens once you sit in that empty house.
2. Kebahagiaan yang didapat tidak sepadan dengan perjuangan yang dilakukan
Top highlight dari artikelnya adalah pernyataannya yang mengatakan “Minimalism isn’t about being free like a bird, or at least, not just about that. Rather than providing a path to happiness, it creates the space you need to deal with life’s toughest challenges. Physical separation for mental reflection”
–
Raymund Tamayo salah seorang penggiat minimalis juga menjelaskan hal buruk yang bisa mempengaruhi kehidupan penganut minimalis jika tidak benar-benar mengetahui purpose dari kehidupan minimalis. Dalam website-nya ia mengatakan bahwa “You might miss the real meaning of minimalism and go out of control in paring down leaving you dissatisfied with life and feeling deprived“.
Jadi, baiknya sebelum memutuskan untuk mengikuti gaya hidup minimalis kenali dulu siapa diri kita.
Source: Medium, Raymond Tamayo, life and my finances