Pengangguran Muda RI Tertinggi Se-Asia Tenggara!
Pengangguran muda RI tertinggi se-Asia Tenggara! Adapun informasi tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal.
Dari data yang dipaparkam, proposi pengangguran berusia muda di Indonesia hampir menyentuh angka 20 persen pada 2020.
Sementara itu, negara ASEAN lain seperti Filipina, Thailand, Vietnam, Singapura dan Malaysia masih berada di bawah 15 persen.
“Di antara mereka yang berusia muda, ternyata Indonesia tidak ada saingannya di Asean atau paling tinggi sendiri dibandingkan yang lain,” tuturnya dalam diskusi “Teknologi Digital dan Solusi Ketenagakerjaan” seperti melansir CNNIndonesia.
Ini alasan pengangguran muda RI tertinggi se-Asia Tenggara
Menurut Faisal, tingginya pengangguran berusia muda menunjukan masih banyak masalah dalam penciptaan tenaga kerja di Indonesia.
Salah satunya, terkait ketidaksesuaian atau mismatch antara penciptaan lapangan kerja dengan kualifikasi lulusan baru yang terjadi sebelum pandemi.
“Memang ternyata pengangguran yang umurnya antara 20-29 atau di 20an tahun sudah mengalami peningkatan (pengangguran) sebelum pandemi. Sementara, yang usianya lebih tua dari itu relatif lebih flat (datar). Jadi kita dihadapkan pada masalah educated youth employment,” tuturnya.
Hal tersebut juga tergambar dari data tingkat pengangguran terbuka (PTT) yang menujukan bahwa presentase penganggur muda didominasi oleh mereka yang berpendidikan menengah ke atas.
Ini berkebalikan dengan asumsi kebanyakan orang bahwa makin tinggi pendidikannya, akan semakin mudah mencari pekerjaan.
Penyumbang angka pengangguran tertinggi jatuh kepada…
“Dari sisi persentasenya yang menganggur jauh lebih banyak, dari sekolah menengah dan sekolah tinggi. Kalau kita lihat pergeserannya dari tahun ke tahun yang paling tinggi peningkatannya juga adalah yang berpendidikan sekolah menengah atau tinggi,” tuturnya.
Belum selesai masalah itu, kini Indonesia dihadapkan pada peningkatan pengangguran proporsi pengangguran usia di atas 30-an tahun sebagai akibat pandemi Covid-19.
“Yang sudah mapan, relatif di dunia kerja justru berkurang. Agak cukup signifikan juga jadi awalnya hanya sekitar 20 persen saja setelah 2020 hampir 40 persennya. Jadi proporsinya membesar,” tuturnya.
Terkait hal tersebut, pemerintah secara tidak langsung dipaksa untuk berfikir ekstra keras untuk menciptakan lapangan kerja yang baru dan sesuai bagi para pekerja di usia tersebut.
Top Image via : Harianhaluan.com
—
Nah, yang punya kerjaan bersyukur deh!