Pemerintah Sudan Secara Brutal Membantai Pemrotes Selama Internet Blackout
Warga Sudan saat ini hidup dalam ketakutan dan kekerasan karena tindakan brutal dari militer kepada pemrotes selama pemadaman internet di Sudan. Dilansir dari BuzzfeedNews, tindakan brutal yang dilakukan oleh para tentara milliter menyebabkan setidaknya 100 orang meninggal dunia, 600 orang luka-luka, 120 orang dinyatakan hilang.
Bermula pada warga Sudan yang melakukan protes pada Desember 2018 pada masa pemerintahan Presiden Hassan al-Bashir selama 30 tahun yang berhasil digulingkan pada tanggal 11 April 2019. Namun tentara Sudan mengambil alih dan telah memerintah sejak saat itu. Para demonstran pro-demokrasi kemudian kembali melakukan protes dan ingin agar kekuasaan diserahkan kepada warga sipil.
Para demonstran melakukan kampanye selama hampir seminggu di luar markas tentara di Khartoum, yang akhirnya para jenderal yang memimpin Sudan memutuskan untuk mematikan seluruh internet di Sudan. Selama internet blackout, para tentara militer melakukan tindakan brutal untuk mengusir demonstran tersebut.
Ditengah pembantaian yang terjadi di Sudan selama seminggu, netizen Twitter menyinggung banyak media yang tidak sadar dengan apa yang terjadi di Sudan.
Are you serious? Sky news, one of the biggest media outlets in the world are using their platform to report on KIM KARDASHIAN??& not what’s going on in Sudan?! Children are dying ,people as in HUMANS are being stripped from their human rights,this is news, this is what you should https://t.co/hbbEd95Q0x
— QueenM🖤 (@knownasqueenM) June 12, 2019
Berita ini dibantu oleh para celebirty seperti Rihanna yang membahas krisis yang terjadi di Sudan.
https://twitter.com/makloubae/status/1138478390741274624
Hingga salah satu beauty influencer bernama @hadyouatsalaam juga membahas krisis yang terjadi di Sudan.
Setelah terjadinya pembantaian yang dilakukan oleh para milliter ini, para pembangkang demonstran akhirnya sepakat untuk mengakhiri kampanye dan akan melakukan pembicaraan terhadap penguasa militer negara Sudan.
“Aliansi untuk Kebebasan dan Perubahan setuju untuk mengakhiri pembangkangan sipil (kampanye) mulai hari ini,” kata Mahmoud Drir, yang telah menjadi penengah (mediator krisis) di Sudan.
Lets pray for Sudan and hope this crisis will end
Source: cnn.com