Pandemi Covid-19, Indonesia Jadi Negara Terakhir yang Bisa Keluar?
Pandemi Covid-19 di Indonesia diprediksi masih akan berlangsung cukup lama. Bahkan seorang alhi epidemologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyebut RI akan menjadi negara terakhir yang keluar dari pandemi ini.
Jadi negara terakhir yang keluar dari pandemi Covid-19, ini alasan epidemologi
Menurutnya prediksi tersebut muncul lantara kasus Covid-19 sudah menyebar ke seluruh provinsi. Sayangnya itu tidak diimbangin dengan strategi pengendalian yang agersif dan jauh dari kata ideal.
“Kenapa saya prediksi Indonesia jadi negara terakhir yang keluar? Karena kalau melihat ada beberapa faktor dari geografis dan pengendalian 3T,” pungkasnya seperti dilansir CNNIndonesia, Kamis (29/7).
Lebih lanjutnya, dia menyebut ada dua faktor yang menjadi indikasi RI sulit ‘keluar’ dari pandemi Covid.
Salah satunya karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Di mana faktor itu dapat menjadi penyebab fenomena pingpong kasus yang terus terjadi sampai saat ini.
Terkait fenomena itu, Dicky memberikan contoh seperti puncak kasus di akhir Januari 2021. Saat itu kasus sempat didominasi oleh Jawa dan Bali. Namun selang beberapa bulan berikut, kasus Covid-19 di Pulau Sumatra justru meningkat.
Selanjutnya pada gelombang lonjakan Idul Fitri, saaat Jawa-Bali mengalami trend positif, keniakan justru terjadi di NTT. “Pulau lain sekarang meningkat, mungkin Agustus sudah terlihat. Namti gelombangnya secara nasional akan turun dan naik,” tuturnya.
3 T sangat pasif dan belum masif
Alasan lain yang dipaparkan Dicky adalah strategi testing, tracing, treatment (3T) pemerintah yang belum agersif dan masif. Padahal pandemi ini sudah menerpa Indonesia hampir satu tahun lebih.
Kendati dalam beberapa bulan terakhir testing Indonesia sudah melampaui ambang batas yang ditentukan WHO, yaitu 1:1.000 orang per pekan, menurutnya itu belum cukup.
Pasalnya positivity rate Indonesia masih berada di atas 20 persen. Selain itu target 400 ribu pemeriksaan per hari dari Kemenkes juga belum bisa dikatakan ideal.
Ia menyebut sudah seharusnya strategi testing dibarengi dengan tracing, yaitu 1:20. Artinya setiap satu kasus positif, maka pemerintah wajib menemukan dan memeriksa minimal 20 orang kontak erat dengan pasien.
“Strategi kita tidak fokus pada kesehatan sejak awal, sehingga kita itu ketinggalan. Kalau lomba lari, kita sudah ketinggalan dari virusnya, sehingga untuk mengejar itu berat,” ungkapnya.
Startegi yang wajib dijalankan
Dicky sendiri berharap prediksi yang dia berikan justru bisa menjadi alert bagi pemerintah pusat dan daerah. Ia juga menyatakan bahwa ada tiga strategi yang harus dicapai jika Indonesia ingin segera keluar dari pandemi.
Pertama dengan memperkuat 3T semaksimal mungkin. Kedua, masyarakat wajib menerapkan prokes 5 M yang meliputi emakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Terakhir dengan menggenjot program vaksinasi.
“Jadi yang saya sasar pengambil kebijakan, bahwa yang namanya estimasi, proyeksi, prediksi, itu harus menjadi dasar mitigasi pengendalian Covid-19. Juga diharapkan tentunya yang diprediksi jangan sampai terjadi, harusnya begitu,” ujar Dicky.