No Bra Day: Bukan Soal “Pamer” Payudara
No Bra Day, hari tanpa BH?
Kalau lo buka sosmed hari ini, pasti sadar banyak orang yang pakai hashtag No Bra Day.
Selain itu, nggak sedikit juga yang ikut kampanye tak pakai BH ini.
Ternyata, tanggal 13 Oktober ini memang diperingati sebagai No Bra Day, alias Hari Tanpa Bra. Hari ini jadi peringatan untuk menambah awareness orang-orang akan adanya kanker payudara.
Nyatanya, Hari Tanpa Bra ini bukan sekadar ajang ‘pamer’ payudara.
Hari ini punya tujuan supaya masyarakat bisa lebih peduli dengan kesehatan payudaranya sendiri maupun orang-orang terdekat.
70% kanker payudara dideteksi sudah tahap lanjut
Menurut Kementerian Kesehatan, kanker payudara jadi kanker yang paling banyak di Indonesia.
Bukan cuma itu, jenis kanker ini menyumbang kematian terbanyak oleh kanker.
Data Globocan tahun 2020 pun membuktikan, jumlah kasus baru kanker payudara sudah mencapai 68.858 kasus. Angka kematiannya pun lebih dari 22 ribu jiwa kasus.
Menurut Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Elvieda Sariwati, angka kematian ini bisa ditekan kalau kanker dideteksi dari tahap awal.
“70 persen dideteksi sudah di tahap lanjut. Kalau kita bisa mendeteksi di tahap awal mungkin kematiannya bsia kita tanggulangi,” ujarnya.
Itulah kenapa, penting buat kita untuk lebih aware akan kesehatan payudara, salah satunya lewat gerakan No Bra Day.
Gerakan serupa di Indonesia
Seperti yang kita tau tadi, kanker payudara jadi salah satu masalah kesehatan terbesar yang ada di Indonesia.
Walaupun No Bra Day di bulan Oktober ini bukan hasil gagasan orang Indonesia, kita juga punya gerakan sendiri terkait kesadaran kanker payudara.
Namanya SADARI (Periksa Payudara Sendiri). Langkah-langkah ini bisa dipraktekkan di rumah. Intinya, sering-sering mencermati bentuk maupun ukuran payudara itu penting.
Tujuannya, supaya kita bisa sadar kalau ada perubahan sekecil apapun, dan bisa mendeteksi dini.
Happy No Bra Day y’all!