Ngomong Bahasa Indonesia Campur Bahasa Inggris Bikin Nggak Nasionalis: Emang Bener?
Mungkinkah nyampurin Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris bikin kita nggak punya semangat nasionalisme
Penggunaan Bahasa Indonesia yang dicampur bahasa asing kerap dicap negatif karena dianggap nggak menerapkan sikap nasionalisme.
Banyak yang mengklaim bahwa hal tersebut adalah bukti kalo kita nggak cinta atau nggak pede dengan bahasa sendiri. Padahal, stigma ini hanya pandangan sebelah mata yang tak bisa dibuktikan sepenuhnya.
Berikut penjelasannya!
Baca juga: Musim Terbaru “The Simpson” Akan Ungkapkan Bagaimana Sang Kreator Prediksi Masa Depan
Kenapa bahasa Indonesia dicampur bahasa Inggris
Nggak bisa dimungkiri, pencampuran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris memang kerap dilakukan untuk menunjukkan kedudukan sosial.
Menurut pengamat sosial budaya dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati mencampur bahasa merupakan lambang hierarki yang menunjukkan status sosial, pendidikan dan kehormatan.
Namun, persoalan status bukan satu-satunya alasan.
Ada pula dominasi usia produktif yang cenderung melek teknologi dan jadi pengguna internet yang umumnya menggunakan Bahasa Inggris.
Di sejumlah kota besar, misalnya Jakarta, generasi muda juga dikelilingi instansi pendidikan bertaraf internasional yang mayoritas gurunya adalah berbahasa ibu Bahasa Inggris. Faktor-faktor ini pun jadi beberapa alasan prima kenapa pencampuran Bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia umum terjadi.
Jika berkaca ke negara-negara lain, hal ini harusnya bukan jadi masalah, bahkan umum terjadi.
Misalnya akulturasi keluarga di Amerika Serikat yang memiliki keturunan Spanyol yang melahirkan bahasa yang disebut “Spanglish.”
Selain itu, di Singapura ada pula penggabungan Bahasa Inggris dengan Bahasa Mandarin, Bahasa Hokkien, Bahasa Cantonese, Bahasa Melayu dan Bahasa Tamil yang melahirkan bahasa “Singlish.”
Anak Jakpus: Beli 1 liter air
Anak Jaktim: Beli 1 liter aer
Anak Jaksel: Beli 1 literally.— Handoko Tjung (@handokotjung) September 5, 2018
Baca juga: Psikolog: Nakut-Nakutin Anak Pake Suara Hantu di TikTok Bisa Bikin Trauma
Bikin nggak nasionalis?
Bertolak belakang dengan stigma negatif yang terlanjur melekat, pencampuran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia adalah hal yang lumrah dan nggak ada kaitannya dengan bikin nggak punya sikap nasionalisme.
Mengutip dari hasil riset dalam buku “Language, Power, and Pedagogy: Bilingual Children in The Crossfire,” anak yang mengembangkan dua kemampuan bahasa membawa dampak positif bagi perkembangan pendidikan untuk anak.
Dengan mempelajari budaya lain, kita bisa saling menghargai dan menghormati orang lain. Hal ini pun bisa menanamkan sikap nasionalisme.
Hal ini pun diamini oleh Manajer English First (EF) Indonesia Arleta Darusalam.
“Melalui bahasa Inggris, anak kita bisa memperkenalkan Indonesia yang sangat beragam suku dan budaya kepada orang asing, yang kebanyakan dari mereka bisa berbahasa Inggris,” tandasnya, dikutip dari Kompas.
“Semakin menguasai bahasa asing, semakin luas wawasan dan pergaulannya, maka semakin besar pula peluang memperkenalkan Indonesia ke masyarakat luas, internasional.”
Your thoughts? Let us know!
Gosah pada ribut ama anak Jaksel ngomong wicis kalo belom denger cainis Suroboyo yang literally juga ngomong wicis medok but berusaha ketok lit and cool af.
Basically mereka juga ngomong keak gitu kok masio ndek enggok2an.Liaken ae nek ga percaya ~
— Kak Chiz (@chiztaa) September 4, 2018