Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Musim Kemarau Indonesia Tertunda, Fenomena La Nina Jadi Penyebabnya

Musim Kemarau Indonesia Tertunda, Fenomena La Nina Jadi Penyebabnya

Musim kemarau tertunda, La Nina jadi alasan

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa hujan yang kerap terjadi di Jabodetabek dan sejumlah wilayah Indonesia merupakan dampak aktvitias La Nina.

Ida Pramuwardhani selaku sub koordinator bidang prediksi cuaca BMKG menyebut labilitas atmosfer karena pemanasan yang cukup besar menjadi alasan seringnya hujan deras disertai kilat dan angin.

via GIFER

Pemanasan yang cukup dan labilitas yang relatif masih tinggi menjadi penyebab utama terbentuknya awan cumulonimbus yang biasa membawa hujan deras disertai kilat/petir dan angin kencang,” ujar Ida sebagaimana dilansir dari CNNIndonesia.com, Rabu (8/6).

Peralihan akan terjadi pada Juni atau Juli

Lebih lanjutnya dia menjelaskan Indonesia sedang mengalami peralihan musim alias pancaroba.

Berdasarkan data BMKG, sekitar 26,6 persen wilayah Indonesia memasuki awal musim kemarau. Sementara itu sisanya baru masuk kemarau di Juni sampai Juli.

Secara keseluruhan prediksi peralihan musim akan terjadi di akhir Juni atau Juli.

via So Perth

Potensi cuaca terik berpeluang masih bisa terjadi hingga musim kemarau berakhir, juga masih terdapat potensi hujan di musim kemarau walau intensitasnya lebih rendah dibanding peralihan musim,” katanya.

La Ninda akan bertahan sampai pertengahan 2022

Ida juga menambahkan bahwa La Nina akan bertahann sampai pertengahan 2022.

La Nina ini umumnya akan berdampak pada curah hujan tinggi. 47 persen wilayah zona musim terlambat masuk musim kemarau,” tandasnya.

Secara terpisah, peneliti Meteorologi BMKG Deni Septiadi mengatakan saat ini suhu muka laut di Indonesia masih tergolong hangat.

via Pinterest

Sementara indeks La Nina 3.4 moderat -058 yang mengindikasikan konetivitas untuk menghasilkan hujan cukup tinggi.

“Meskipun terjadi penurunan hari hujan (HH), potensi intensitas hujan yang terjadi antara sedang-lebat bahkan ekstrem masih ada. Pada musim-musim peralihan (Maret-April-Mei, MAM) atau kemarau (Juni-Juli-Agustus, JJA) pemanasan permukaan akan sangat sempurna untuk pengangkatan,” kata Deni.

Top image via Unsplash

 

Your Daily Intake of Everything Trending

USS Feed is a multi-platform media that produces and distributes generation z-focused digital content, reporting the latest trends on fashion, lifestyle, culture, and music to its audience.

Subscribe so You Won't Get Left Behind.

By clicking “subscribe”, you agree to receive emails from USS FEED and accept our web terms of use, privacy and cookie policy.

Copyright © USS FEED | PT. Untung Selalu Sukses | 2018 – 2023 | Code with ♡ by mindsetlab.id