Mihara Yasuhiro, Footwear Designer Influensial yang Nggak Mau Dikenal
Flying under the radar
Jepang dikenal luas dengan fashion dan streetwear brands yang udah mendunia. Shin Takizawa dengan Neighborhood, Tetsu Nishiyama dengan WTAPS hingga Nigo dengan BAPE adalah beberapa contohnya. Meski begitu, Jepang ternyata masih menyimpan hidden gems, Mihara Yasuhiro salah satunya.
Source: Grailed.com
Walau sudah terjun di dunia footwear lebih dari 20 tahun, nama Mihara Yasuhiro is relatively unknown di dunia sneakers mainstream saat ini.
Yasuhiro berbagi almamater yang sama dengan Issey Miyake. Ketika masih belajar di Tama Art University di Tokyo, Yasuhiro membuat koleksi sepatu pertamanya yang dirilis pada tahun 1996 lewat toko miliknya yang bernama archi doom.
Seiring dengan kelulusannya dari universitas pada tahun 1997, Yasuhiro pun mengubah archi doom menjadi MIHARAYASUHIRO untuk menjadi label pribadinya.
Kolaborasi yang membuka ‘market’ baru
Pada tahun 2000, Mihara Yasuhiro digandeng oleh PUMA untuk berkolaborasi.
Kontribusi Yasuhiro untuk kerja sama tersebut membuahkan Puma Black Label yang menuai respon positif. Ia mengkombinasikan sportswear aesthetic dengan material yang unik dan out of the box seperti bulu, kancing dan logam.
Nggak cuma itu, Yasuhiro juga sempet bekerja sama dengan DC Shoes untuk membuat beberapa siluet kolaborasi. Pengalaman ini pun membawa Mihara Yasuhiro masuk ke dunia footwear lebih dalam.
Source: sneakersnstuff
“Ketika itu banyak sportswear brands yang cuma merancang untuk atlit, dan tidak mau berkolaborasi dengan desainer yang belum dikenal sepertiku saat itu,” jelas Yasuhiro, dilansir dari Sneaker Freaker.
“Walaupun demikian, kami berhasil melakukannya dan menciptakan pasar baru untuk ‘fashion and sports.’ Merk-merk lain juga turut andil menciptakan pasar ini, yang kemudian berkembang pesat.”
Source: sneakerfreaker
“Ketika kamu terlibat dalam kolaborasi seperti itu, kamu akan menginginkan ‘reaksi kimia‘,” jelasnya.
“Namun maraknya kolaborasi saat ini justru lebih condong ke marketing, hingga membuat dua merk berbeda dipaksakan menjadi satu.”
‘Original Sole’
Kini, Mihara Yasuhiro fokus dengan menswear labelnya yang diluncurkan secara internasional pada tahun 2004.
Dengan jam terbang yang tinggi di bidang footwear, rangkaian sepatu rancangan Yasuhiro pun berhasil memancing perhatian karena memiliki experimental value yang tidak ditemukan di sepatu-sepatu lain
Source: pinterest
Source: clothbase.com
Dalam prosesnya, Yasuhiro menggunakan program desain 3 dimensi. Prototipe rancangan tersebut kemudian ia buat dengan menggunakan tanah liat. Dengan proses tersebut, Yasuhiro mampu menciptakan ekspresi kompleks yang ‘sensible.’
Lewat proses tersebut, Yasuhiro pun menciptakan sol baru yang ia namai ‘Original Sole.’ Sol tersebut khas dengan foxing yang wonky dan midsole yang tebal. Sol tersebut pun membuat sepatu rancangan Yasuhiro menyerupai patung, namun tetap practical.
Selain itu, sepatu-sepatu yang menggunakan Original Sole mengusung siluet yang mirip dengan Converse, salah satu sneaker favorit dan menginspirasi Yasuhiro.
Staying under the radar
Di titik ini, lo mungkin mulai berpikir kenapa Mihara Yasuhiro masih belum begitu dikenal di scene sneakers mainstream. Well, alasannya adalah karena Yasuhiro nggak mau terlibat di ‘perang sneakers’ yang kerap terjadi pada merk-merk besar.
Alasan tersebut juga menjadi penyebab kenapa sepatu-sepatu Yasuhiro tergolong langka.
“Aku tidak mau sepatu ku meledak dalam popularitas. Jadi aku membuatnya dalam jumlah sedikit, dan menjualnya slowly and quietly.“