Mahasiswa ITB Bikin Alat Deteksi Depresi Ini Cara Kerjanya!
Inovasi baru di Indonesia, sekelompok mahasiswa ITB ciptakan alat yang bisa deteksi depresi dini lewat urine
Sekelompok mahasiswa ITB, Maha Yudha Samawi, Alifia Zahratul Ilmi, dan Gardin M. Andika Saputra berhasil meraih medali emas untuk kategori presentasi dan medali perunggu untuk kategori poster pada Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta.
Pasalnya, mereka berhasil membuat terobosan baru, alat yang mampu deteksi depresi non-invasive berbasis biomarker spesifik pada urine.
Maha Yudha, salah satu anggota menerangkan kalau biomarker spesifik yang dapat mengindikasikan depresi pada seseorang adalah Sorbitol, Asam urat, dan Asam Azelat.
Biomarker sendiri adalah penanda biologis yang dihasilkan tubuh ketika terjadi perubahan metabolisme pas seseorang sedang depresi untuk mengurangi subjektifitas.
Nantinya, biomarker ini akan dideteksi dan diukur dengan metode elektrokimia yang menunjukkan apakah orang tersebut mengalami depresi.
Baca juga: Menteri Kesepian Diresmikan Jepang, Apa Tugas dan Fungsinya?
Cara kerjanya
Yudha juga mengungkapkan kalau penderita depresi jarang memeriksa kondisi kejiwaannya. Alat ini sangat simpel karena bisa digunakan tanpa tenaga medis ahli.
Cara gunain alat ini sama kayak menggunakan test pack kehamilan, mungkin lebih kayak “depression pack” kali ya, cukup dengan ngeluarin busa pada kompartemen utama.
“Saat dimasukkan ke kompartemen utama, setelah beberapa menit, maka hasil akan ditampilkan di layar” kata yudha.
Setelah itu, alat ini dikalibrasi dengan test Beck Depression Inventory (BDE) yang saat ini banyak digunakan di kedokteran jiwa.
Hasilnya akan keluar pada 3 level penderitaan depresi, rendah, sedang, dan berat.
Mahasiswa ITB berharap dapat kurangi fatalitas dampak depresi
Mereka juga memberikan contact center yang bisa dihubungi ketika seseorang sedang mengalami depresi untuk mendapat penanganan yang lebih ahli.
“Kami berharap, alat ini dapat mengurangi fatalitas depresi yang secara signifikan menurunkan produktivitas masyarakat.” kata Yudha
“Sehingga di masa mendatang angka kasus depresi dapat menurun dan produktivitas masyarakat dapat meningkat,” lanjutnya.
Semoga dengan adanya alat ini, penderita depresi gak perlu malu lagi untuk ngecek keadaan kesehatan mentalnya dan segera dapat penanganan yang ahli!