Lukisan Gua di Sulawesi Terancam Hilang, Tertua di Dunia!
Lukisan gua, bukti kreativitas umat manusia masa prasejarah
Selama puluhan ribu tahun, lukisan gua prasejarah terus bertahan dalam gua di Sulawesi. Hal ini tanda karya tak ternilai hasil kreativitas manusia zaman purba. Dugaannya, gambar-gambar itu berasal dari 20.000 sampai 45.000 tahun yang lalu.
Sayangnya, sekarang karya dari zaman Pleistosen itu terancam hilang gara-gara kerusakan akibat perubahan iklim. Dalam jurnal di Scientific Records, situs-situs itu memudar karena perubahan iklim yang menyebabkan cuaca ekstrem. Temuan tersebut mereka dapatkan dari hasil penelitian pada 11 situs di gua Maros-Pangkep.
Terancam memudar dan hilang
Para arkeolog, ahli konservasi, dan pengelola prihatin pada degradasi yang mereka lihat ini. Mirisnya, beberapa situs ini salah satunya adalah yang tertua yang pernah ada. Bahkan, lebih tua dri situs dari Eropa yang lebih terkenal, seperti Lascaux dan Chauvet.
Melansir ART, proses hilangnya situs-situs ini sebutannya adalah haloklasti. Ini merupakan proses, di mana siklus antara kondisi kering dan curah hujan menyebabkan penumpukan garam di permukaan gua, sehingga karya-karya seni itu mengelupas.
Sebenarnya, para ahli sudah mengerahkan upayanya dengan menggunakan analisis kimia, identifikasi kristal untuk mengatasi ini. Namun ternyata, garam muncul di permukaan dan dalamnya tak teratasi.
Catatan budaya yang tak tergantikan
Mengutip CNN, seni lukisan gua itu dibuat dengan menggunakan pigmen merah dan mulberry. Begitu pula dengan cetakan tangannya, gambar-gambar hewan dan gambar hibrida manusia-hewan.
Pengelupasan kulit gua ini kian meningkat. Komunitas lokal yang mengamati situs-situs tersebut selama beberapa generasi pun mengatakan kehancurannya terus berkembang. Bahkan, kerugian yang terjadi beberapa dekade terakhir lebih banyak daripad ebebrapa waktu sebelumnya.
Situs seni baru kerap ditemukan di Sulawesi setiap tahunnya dan masih ada gua yang belum tereksplorasi. Walau begitu, makin menghilangnya karya-karya purba akibat perubahan iklim ini bisa menyebabkan kemerosotan catatan budaya artistik manusia purba yang unik dan tak tergantikan.
—
Baca juga: