Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

“Lintang Kemukus” di Langit Tuban Viral Media Sosial, Pertanda Bencana?

“Lintang Kemukus” di Langit Tuban Viral Media Sosial, Pertanda Bencana?

Lapan beri penjelasan ilmiah terkait fenomena “Lintang Kemukus”

Lintang Kemukus” jadi sorotan di media sosial beberapa waktu belakangan. Fenomena tersebut terjadi di langit kota Jawa Timur, yaitu sekitar Tuban dan Bojonegoro.

Warga yang menjadi saksi pun mengabadikan kejadian tersebut dalam bentuk foto dan membagikannya ke jagat maya. Kepercayaan setempat menyebut, fenomena ini sebagai pertanda bahaya.

https://www.instagram.com/p/CGK3IMEHTZZ/

Baca juga: Perpaduan Kesegaran Dari Rumah A La Living Loving, Hasilkan Kolaborasi di Tengah Pandemi

“Lintang Kemukus” menurut kepercayaan setempat

Lintang Kemukus adalah garis sinyar oranye yang juga dikenal sebagai komet.

Menurut kebudayaan Jawa, Lintang Kemukus dipercaya sebagai hantu pembawa maut berwujud bola arwah.

Fenomena tersebut diyakini sebagai rombongan prajurit ganas yang bisa membunuh manusia ketika mereka tertidur. Beberapa masyarakat Jawa mempercayai kalau mereka adalah pasukan Nyi RoroKidul yang tengah bergerak dari Laut Selatan ke Gunung Merapi atau Keraton Yogyakarta.

Sementara masyarakat di Jawa Timur percaya bahwa fenomena tersebut adalah perwujudan sosok hantu bernama “Lampor” yang muncul bersamaan dengan wabah penyakit. Lampor mencari korbannya seringkali di bulan Sapar pada malam hari.

Komet Tebutt yang terlihat pada 1861 ini digambar oleh Edmund Weiss, seorang astronom dari Austria. Orang Jawa menyebut komet sebagai lintang kemukus. (Wikipedia).
Komet Tebutt yang terlihat pada 1861 ini digambar oleh Edmund Weiss, seorang astronom dari Austria. Orang Jawa menyebut komet sebagai lintang kemukus. (Wikipedia).
Baca juga: Ternyata Sampah Juga Bisa Dimanfaatkan Untuk Mendukung Lifestyle yang Leave No Trace

Penjelasan Lapan: tidak berbahaya

Berbeda dengan kepercayaan klenik yang terlanjur beredar, peneliti dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Emanuel Sungging Mumpuni, menjelaskan fenomena ini sebagai kemunculan meteor yang agak besar.

Itu fireball atau meteor yang agak besar, kebetulan memang dalam beberapa hari ini sedang musim hujan meteor,” kata Sungging, dilansir dari Kompas.com, Minggu (11/10/2020).

Dari kaca mata sains, Sungging meyakini bahwa hal ini adalah hal biasa.

Tidak berbahaya, normal terjadi,” imbuhnya.

Bosan dengan haya hidup yang gitu-gitu aja? Cobain gaya hidup INI!