Kenapa Orang Suka Nonton Konten Guyur Sampe Sakit di Media Sosial?
Guyur Dulu, Guyur Lagi, Guyur Terus!
Polemik streamer yang nyiksa diri di TikTok udah jadi sorotan netizen sejak kurang lebih sebulan terakhir. Semua akun tersebut punya beberapa kesamaan. Berkedok keseruan, melibatkan manula, dan tidak terlihat menyenangkan sama sekali buat pelakunya.
Banyak dari kalangan influencer mulai nunjukkin keresahannya lewat media sosial. Semua orang pun kayaknya berbondong-bondong coba ngaduin hal ini ke Dinas Sosial.
@bocahperik1 Live mandi Lumpur sehat#mandilumpur
1 Gift 1 Guyur
Banyak yang berasumsi kalau streamer ini sudah sangat-sangat kelewatan dengan caranya mendulang popularitas dan rupiah. Tapi, kalau dipikir-pikir, kayak kata pepatah “Nggak ada asap tanpa api,” Toh, ada yang ngasih gift terus.
Nggak mungkin si Nenek dalam video guyur-guyur kalau nggak ada yang ngasih gift. Nggak mungkin juga orang ngasih gift kalau konten yang menyiksa itu dianggap nggak seru.
Sedangkan, harga termurah gift ini dari 1 koin seharga Rp. 250 sampe TikTok Universe yang bisa dibeli dengan 34999 koin seharga kurang lebih Rp. 8 juta. Serunya di mana ya?
@intan_komalasari92 Masuk live terus kita seru seruan terus ia kawan#fyp
Menari di Atas Penderitaan Orang Lain
Ada sebuah studi yang dilakuin sama Princeton University yang ngungkapin kalau seneng liat orang lain kesiksa itu sifatnya biologis. Otot yang ngatur senyuman dinilai lebih aktif saat ngeliat orang kesiksa, terutama orang yang nggak disukai.
Dalam artikel yang berjudul Feeling pleasure at the misfortune of those you envy is biological (The Annals of the New York Academy of Sciences), diungkapin kalau ada sebuah kondisi di mana seseorang gagal buat berempati dan malah menari di atas penderitaan orang lain.
Schadenfreude atau Harm-Joy
Schadenfreude adalah sebuah istilah di bahasa Jerman yang kalau diterjemahin ke bahasa Inggris artinya adalah Harm-Joy. Istilah ini merujuk ke perasaan seneng liat orang kesiksa.
Menurut Psikolog N.T. Feather, perasaan ini cuma muncul kalau orang ngerasa kalau yang kesiksa itu layak dapetin hal tersebut. Masalahnya, kayaknya si Nenek nggak punya salah apa-apa dan nggak layak buat menghibur orang lewat penderitaannya. Lagipula, gimana kalau si Nenek ngelakuinnya karena kepaksa?
Para Pengemis Online
Akhir-akhir ini, netizen nyebut konten-konten serupa pake istilah ‘pengemis online’. Dikasih salah, nggak dikasih juga sedih dan kepikiran.
Biasanya, konten ‘pengemis online’ ini cukup variatif. Semuanya sama-sama menunggu gift tapi ada yang bikin konten mandi lumpur, tampar, guyur-guyur, minum dan makan hal aneh, dll.
Dalam sebuah wawancara, Menteri Sosial Tri Rismaharini menyatakan kalau mau online atau offline pun mengemis itu nggak boleh karena melanggar perppu dan perda.
Nantinya, setelah rujukan undang-undangnya jelas. Beliau bakal kirim surat ke pemerintah daerah buat penertiban pengemis ‘online’.
Di sisi lain, berkaca dari negara lain seperti Suriah. Dilansir dari BBC dikatakan bahwa tren mengemis online ini sempat ramai di Suriah dan ternyata ada sindikat yang mengelolanya. Jika ternyata demikian, hal ini jadi PR bersama yang butuh kerja sama pemerintah, warga, dan industrinya sendiri.
Sampai hari ini pun, beberapa akun ‘guyur-guyur’ yang kami hubungi sebagai responden belum ngasih respon soal isu terkait. Gimana menurut kalian?
-
Hormati Tragedi Kanjuruhan, PSSI Sarankan 1 Oktober Jadi Hari Libur Sepak Bola Nasional
-
Ratusan Pelajar Nikah di Bawah Umur, Hukumnya Gimana?
-
Studi: Alkohol Bikin Jago Ngomong Bahasa Asing?