Jadi Pelayat Profesional, Wanita Ini Dibayar 8 Juta Untuk Nangis di Pemakaman
Dibayar 8 juta/kunjungan, wanita ini berprofesi jadi pelayat profesional
Pelayat profesional menjadi salah satu profesi unik yang ada di Taiwan.
Mereka merupakan pekerja profesional yang di bayar untuk bisa membawakan ‘rasa’ kesedihan yang mendalam di setiap pemakaman.
Dilansir dari BBC, mereka umumnya diminta untuk menangis di pemakaman.
FYI, pemakaman tradisional taiwan sangat rumit, mereka menggabungkan duka dan suram dalam satu kesempatan yang sama.
Begini sejarah pekerjaan tersebut
Liu Jun-lin salah satu pelaku profesi ini menyebut pekerjaan ini memiliki sejarah panjang.
Dia menyebut di saat pemakaman di Taiwan seorang yang sudah meninggal butuh ritual ‘pengiriman’ besar dan keras agar bisa menyebrang ke alam baka dengan lancar.
“Ketika orang yang dicintai meninggal, Anda sangat berduka sehingga ketika akhirnya tiba saatnya untuk pemakaman, Anda tidak memiliki air mata yang tersisa. Bagaimana Anda akan tiba-tiba mengubah suasana hati Anda untuk menunjukkan semua kesedihan itu? Kami lah yang akan melakukan,” kata Liu,
Pada masa lalu, anak perempuan sebuah keluarga umumnya kerja di luar kota. Terkadang mereka tidak sempat kembali untuk pemakaman keluarga dan kerabat.
Untuk menangani masalah itu, keluarga kemudian menyewa ‘putri berbakti’ untuk memimpin keluarga dalam suasana berduka.
Itulah asal muasal profesi pelayat profesional.
Untuk jasanya, Liu mendapatkan bayaran hingga US$ 600 untuk sebuah pertunjukan. Bila dikonversikan ke kurs Rupiah terkini Rp 14.300 per US dolar maka bayaran Liu bisa mencapai Rp 8,5 juta sekali pertunjukan.
Begini caranya bekerja
Liu dan band pemakaman akan mengenakan kostum cerah. Mereka akan menampilkan tarian hampir akrobatik.
A Ji sang kakak betugas sebagai pemain alat musik petik tradisional.
Sementara Liu akan berganti ke baju dengan tudung dan jubah putih. Dia kemudian merangkak ke peti mati dengan tangan dan lututnya.
Di saat itulah dia harus melakukan ratapan paling sedih diantara tangis dan nyanyian.
Hebatnya Liu mampu mengeluarkan airmata. Dia berusaha sekeras mungkin agar tangisan tersebut terkesan nyata.
“Setiap pemakaman yang Anda datangi, Anda harus merasa keluarga ini adalah keluarga Anda sendiri, jadi Anda harus menaruh perasaan Anda sendiri di dalamnya. Ketika saya melihat begitu banyak orang berduka, saya menjadi lebih sedih,” tutur Liu.
Sedang mengalami penurunan
Meski bayarannya menggiurkan, sayang bisnis yang dia jalankan sedang mengalami kemunduran.
Menurutnya penurunan ekonomi dan perkembangan zaman menjadi alasan orang Taiwan menghindari pemakanan tradisional yang rumit dan mewah.
“Tradisi pelayat profesional akan perlahan-lahan dihilangkan. Jadi orang-orang seperti Jun-Lin harus menemukan cara untuk menemukan kembali profesi mereka, atau mencari sumber pendapatan baru,” kata Lin.