Ilmuwan Jepang: Spesies Cacing Ini Bisa Deteksi Kanker
Cacing dengan indera penciuman layaknya anjing
Walau sekilas tampak menggelikan, menurut studi oleh ilmuwan asal Jepang, cacing punya kemampuan luar biasa, yaitu mendeteksi kanker.
Studi oleh ilmuwan bernama Takaaki Hirotsu menunjukkan kemampuan spesies cacing jenis Nematoda, Caenorhabditis elegans untuk ‘mengendus’ kanker pada manusia.
Dengan ukurannya yang sangat kecil, mereka dapat mendeteksi keberadaan sel kanker lewat urine. Hirotsu bahkan menyebut, cacing ini punya penciuman yang kuat, layaknya anjing.
Ilmuwan Jepang ini meggunakan pengujian yang sederhana
Dalam eksperimennya, ilmuwan Jepang itu menggunakan media urine karena bisa memberi gambaran fisiologi tubuh.
Pendeteksian kanker oleh cacing ini Hirotsu dan timnya uji hanya dengan memberi satu tetes urine penderita kanker ke wadah kaca yang berisi sekumpulan cacing jenis ini.
Gerombolan cacing ini bakal bergerak mendekati urine para penderita kanker. Sebaliknya, mereka cenderung tak mendekat kalau urinenya delam kondisi bebas kanker.
Sensitivitasnya pun terbilang baik. Pasalnya, mulai dari kanker stadium awal hingga akhir bisa mereka deteksi.
Teruji hingga 15 jenis kanker
Hirotsu dalam studinya mengatakan cacing tersebut setidaknya sudah teruji di 15 jenis kanker. Beberapa di antaranya termasuk kanker perut, usus besar, rahim, hingga payudara.
Teknik menggunakan spesies C. elegans ini terbilang sederhana dan tak memakan biaya banyak. Ya, apalagi kalau dibandingkan dengan teknik skrining menggunakan darah di laboratorium pada umumnya.
Perusahaan Hirotsu kini menyediakan layanan skrining untuk masyarakat yang ingin memeriksakan kondisi tubuhnya.
Nggak cuma itu, mereka juga melayani masyarakat secara daring dengan mengirimkan kit alat pemeriksaan ke tempat masing-masing.
What are your thoughts? Let us know!
-
Kemenkes: Hepatitis Akut Misterius Kecil Kemungkinan Jadi Pandemi
-
Tak Terima Idolnya Dihujat di Twitter, Fans Kpop Ancam Lapor Polisi
-
Demi Tren TikTok, Content Creator Bakar Hutan Taman Negara
Image: via Salk Institute