Herd Immunity Indonesia Diprediksi Tercapai 2022? Begini Penjelasannya!
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksi Indonesia mencapai herd immunity Maret 2022
Herd immunity atau kekebalan komunal diprediksi mencapai 70 persen tahun depan, sejak Indonesia udah mulai menggelar vaksinasi COVID-19 dari bulan Januari 2021.
Suharso Monoarfa, Kepala Bappenas, mengatakan kalau hitungan ini mulai dalam 15 bulan setelah vaksinasi pertama, sejak 14 Januari 2021.
Proyeksi ini berasal dari jumlah peserta vaksin yang mencapai 181,5 juta orang.
Secara rinci, 181 juta orang ini terdiri dari tenaga kesehatan sejumlah 1,4 juta, petugas publik 17,4 juta, lanjut usia 21,5 juga, masyarakat rentang 63,9 juta, dan masyarakat lain 77,4 juta orang.
Baca juga: Vaksin AstraZeneca Timbulkan Pembekuan Darah, Apa Kata WHO?
Ekonomi diramal bisa mencapai 4,8 persen kalau skenario ini tercapai tahun ini
Menurutnya, vaksinasi Indonesia terhadap 70 juta atau 39 persen dari 181,5 juta saja bisa selesai pada Juli 2021, hal ini bisa menyumbang pemulihan ekonomi nasional.
Tapi, jika vaksinasi ke 70 juga orang baru tercapai September 2021, maka laju dari perekonomian Indonesia kemungkinan cuma 4,2 persen tahun ini.
Meski begitu, aktifnya herd immunity Maret 2022 gak menutup kemungkinan kalau pandemi COVID-19 masih akan berlangsung sampai tahun depan.
Hal ini jadi reminder buat kita semua jangan sampai merenggangkan protokol kesehatan
Ia juga mengakui bahwa penanganan pandemi COVID-19 masih belum optimal sampai tahun ini.
“Kejadian covid-19 masih mungkin terjadi di 2022. Pencapaian target kesehatan belum optimal,” kata Suharso.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 akan Segera Bergulir untuk Pilot, Pramugari hingga Driver Ojol
Beberapa indikator mencerminkan penanganan yang belum optimal
Sampai saat ini, optimalisasi penanganan COVID-19 juga masih terus diusahakan dari beberapa indikator.
Pertama, pencegahan masih belum optimal. Hal ini terlihat dari lemahnya screening test sampai kapasitas pengujian.
“Screening test, tracing & tracking masih terbatas, sistem surveilans penyakit belum terintegrasi dan belum real time, kapasitas pengujian di laboratorium lemah,” terangnya.
Kedua, meski sudah setahun pandemi, fasilitas kesehatan dan farmasi serta alat kesehatan juga belum terlihat optimal.
Masih ada kekurangan alat pelindung diri (APD), ruang isolasi dan alat test, ruang rawat, ruang ICU, ruang isolasi mandiri, dan manajemen kasus lemah karena pelaksanaan yang masih gak jelas.
Ketiga, kapasitas tenaga kesehatan juga masih terbatas. Bahkan banyak tenaga medis yang tertular dan meninggal akibat COVID-19.
Terakhir, pemanfaatan pembiayaan kesehatan masih belum efisien.
–
Well, semoga kehidupan bisa secepatnya kembali normal. Stay safe!