Hasil Autopsi Wakil Bupati Sangihe: Gak Ada Racun
Polisi gak menemukan racun dalam tubuh Wakil Bupati Sangihe yang meninggal pada penerbangan usai tolak tambang
Wakil Bupati Sangihe, Helmud Hontong, meninggal dunia dalam penerbangan Lion Air JT-470 Denpasar – Makassar. Setelah melakukan autopsi, polisi menyatakan gak ada racun dalam tubuh Helmud.
“Tidak ditemukan racun pada saat pemeriksaan autopsi,” kata Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Sulut, Kombes Jules Abraham Abast saat dikonfirmasi CNN, Senin (14/6).
Autopsi tersebut berlangsung selama kurang lebih dua jam tadi pagi pada Rumah Sakit Liung Kendage Tahuna. Tim forensik menyatakan penyebab meninggalnya Helmud adalah penyakit menahun yang ia derita.
“Hasil sementara ini, diduga meninggal karena komplikasi penyakit menahun,” ujar Jules.
Tetap akan mengambil sampel orang tubuh
Meski begitu, menurut Jules tim forensik juga akan tetap mengambil beberapa sampel organ tubuh dari mantan Wakil Bupati Sangihe. Pihaknya juga akan menunggu hasil dari laboraturium terhadap organ kurang lebih dalam dua pekan.
Sebelumnya, Helmud dikatakan sempat mendapat pertolongan pertama pas pesawat masih berada di udara. Sosoknya kemudian ramai menjadi topik perbincangan setelah aksi penolakan tambang emas pada wilayah Sangihe.
Meski begitu, Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Merah Johansyah Ismail meminta kepolisian mengusut tuntas kematian ini. Merah merasa janggal dengan kematian Helmud yang tegas menolah izin pertambangan emas pada wilayahnya.
Namun Bupati Sangihe, Jabes Gaghana meminta supaya kematian Helmud gak dikaitkan dengan aksi penolakannya. Menurut Jabes, kematian Helmud gak ada hubungannya dengan izin tambang.
“Surat penolakan Wabup itu dari Februari. Sekarang aja itu dikait-kaitkan (dengan kematian Helmud). Enggak ada itu,” kata Jabes saat dihubungi CNN, Sabtu (12 Mei).
Helmud Hontong, sosok yang menolak tambang emas Sangihe
Sebelum ia meninggal, Helmud mengirim surat kepada Menteri ESDM, Arifin Tasrif supaya meninjau ulang lagi izin tambang pada wilayahnya. Ia menolak tambah emas pada wilayah sangihe dan mengatakan ia berdiri bersama rakyat.
Kabar duka ini pun mendapat banyak tanggapan dari warganet. Dari banyaknya tanggapan ini, gak sedikit juga yang mencurigai kepergiannya karena terbilang misterius dan gak wajar.
Lantaran dalam isi suratnya ia membatalkan surat izinnya dan menentang operasi tambang emas seluas 42 ribu hektare. Beberapa pon lainnya yang ia sebutkan, kegiatan pertambangan pada Pulau Sangihe gak sejalan dengan UU No 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Ia juga mengkhawatirkan rakyatnya yang bisa saja terusir dari tanahnya karena kehilangan hak kepemilikan tanah masyarakat. Pada akhir surat, ia meminta supaya wilayah pertambangan bisa menjadi pertambangan rakyat. Bukan hanya memberikan keuntungan pada pemegang kontrak karya dan merusak lingkungan.
“Kasian, rakyat, anak cucu kita bakal jadi korban nantinya, akibat limbah pengelolaan emas itu. Apapun yang terjadi saya tetap bersama rakyat untuk menolak tambang tersebut,” tegas Helmud Hontong 21 April silam.
–