Harga Gandum Naik, Tertinggi Dalam 14 Tahun Terakhir
Harga gandum disebut mencapai level tertinggi selama 14 tahun terakhir. Adapun meroketnya harga tersebut merupakan imbas perang Rusia-Ukraina.
Dilansir dari CNNIndonesia, perang tersebut mengakibatkan terhambahnya pasokan komoditas.
Harga gandum naik, komoditas lain juga melonjak
Sebagaimana diketahui, gandum berjangka Chicago naik lebih dari 6,6 persen menjadi 12,53 US Dollar/gantang pada Senin (7 Maret).
Secara kumulatif, harga itu sendiri sudah naik lebih dari 40 persen dalam sepekan terakhir.
Secara bersamaan, kenaikan tersebut juga merupakan rekor kenaikan mingguan terbesar.
Untuk diketahui, baik Rusia dan Ukraina merupakan negara yang menyumbang sekitar 29 dari ekspor gandum global. Selain itu, mereka juga menyumbang 19 persen dari ekspor jagung.
Pada faktanya, sejak Rusia meluncurkan serangan pertama ke Ukraina sejak 24 Februari lalu, beragam harga komoditas lain juga melonjak.
Salah satunya, jagung yang naik 2,7 persen menjadi USD 7,75 per gantang. Sementara itu kedelai naik 2,1 persen menjadi USD 16,95 per gantang.
Kenaikan keduanya juga merupakan yang tertinggi sejak September 2012.
Pasokan akan terus terhambat
“Sampai pertempuran di Ukraina berakhir, tidak dapat diharapkan bahwa ekspor gandum dan jagung dari Ukraina dan Rusia akan dilanjutkan,” ujar seorang pedagang Eropa tanpa menyebut nama seperti dikutip dari Reuters, Selasa (8/3).
CNNIndonesia menyebut bahwa pelabuhan Ukraina masih ditutup dan sejauh ini produsen enggan memperdagangkan gandum Rusia setelah sanksi Barat.
Hal itu memaksa pembeli untuk bisa mencari pemasok alternatif.
Begini respon Aptindo
Terkait lonjakan tersebut, sebagaimana dilansir dari Bisnis.com, Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia memastikan pasokan gandum dalam negeri akan tetap terjagan.
Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies menyebut pengusaha terus berkomunikasi dengan mitra produsen gandum selain di kedua negara itu.
“Soal terhambatnya pasokan dari Ukraina saya kira kita tidak perlu khawatir karena stok dari produsen lain masih banyak,” kata Ratna melalui sambungan telepon, Minggu (6/3/2022)