Gantikan Aplikasi PeduliLindungi, Kemenkes siapkan CitizenHealth Menuju Endemi
Persiapan masuk endemi, akhir dari aplikasi PeduliLindungi
Melandainya kasus Covid-19 di Indonesia membuat kita masuk ke fase persiapan menuju endemi, aplikasi PeduliLindungi pun bakal menemui akhirnya.
Mengenai hal ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sempat mengungkap kalau pemerintah telah menyiapkan rencana transisi ke masa endemi.
Selama ini, PeduliLindungi selalu jadi syarat untuk membuktikan tanda sudah vaksin, terutama untuk masuk ke area publik. Nantinya, ada kemungkinan kalau aplikasi itu tak akan kita perlukan lagi setelam memasuki akhir pandemi.
CitizenHealth App jadi bentuk metamorfosisnya
Chief of Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan, Setiaji membahasakan, aplikasi PeduliLindungi bukan tergantikan, tapi bermetamorfosis.
“Jadi PeduliLindungi akan bermetamorfosis setelah kemudian antigen tidak lagi dipakai di (misal) pesawat. Terus kemudiam, nanti bagaimana nasib PeduliLindungi ini akan menjadi CitizenHealth App,” ujar Setiaji, melansir Detik.
Aplikasi pengganti ini bakal jadi platform yang terintegrasi sebagai penyimpanan data kesehatan pribadi yang dapat diakses seluruh masyarakat Indonesia.
Targetnya, proyek ini bakal mereka luncurkan pada akhir Juni 2022.
Menyimpan data kesehatan lebih luas, bagaimana keamananannya?
“CitizenHealth ini isinya akan ada personal medical record. Mirip seperti PeduliLindungi kalau misalnya tes (Covid), vaksin. Nah, ini juga sama, tetapi untuk seluruh layanan kesehatan,” jelas Setiaji.
Menurutnya, CitizenHealth bisa memudahkan masyarakat untuk berobat dan optimis mereka akan memakai aplikasi tersebut.
Bagaimanapun, dengan banyaknya ‘kecelakaan’ keamanan data yang kerap terjadi, Setiaji menyediakan beberapa solusi.
Ia menjelaskan, perlu ada persetujuam dari pihak pasien dan dokter untuk menggunakan aplikasi ini. Selain itu, bakal ada juga verifikasi biometrik, seperti sidik jari, untuk membuka data kesehatannya.
Kemudian, aplikasi ini juga akan menggunaka teknologi yang mengantisipasi pencurian data, di mana pencuri hanya akan menemukan kode-kode tak terbaca.
“Jadi, begitu data dikirim, kita akan mengenkripsi, tidak bisa disadap, mungkin bisa disadap di tengah, tapi tidak akan bisa dibaca orang,” lanjut Setiaji.
Your Thoughts? Let us know!
-
Megawati Demo Masak Tanpa Minyak Goreng, Alih Profesi?
-
Harga Pertamax Naik ke 16 Ribu/Liter?
-
Tersangka Kasus Pornografi Dea Onlyfans Tak Ditahan, Ini Alasannya
(Foto: Liputan6)