“Feels Good Man,” Ketika Meme & Humor Jadi Simbol Kebencian
Sebuah film dokumenter yang menuturkan kisah nyata di balik salah satu meme paling populer di dunia
Kalo lo suka dengan humor internet, lo mungkin sudah nggak asing dengan meme yang satu ini.
Kodok hijau dengan bibir merah dan mata yang besar dan ekspresif. Kadang ia terlihat lugu dan menggemaskan, namunjuga kerap terlihat menyeringai dan licik. Sosok tersebut adalah Pepe the Frog.
Sosok tersebut diperkenalkan pertama kali pada tahun 2005 sebagai karakter komik. Sayangnya, popularitas Pepe di jagat maya membuatnya sempat dikenal sebagai “simbol kebencian.”
Baca juga: Meteor Jatuh di Puncak Gunung Merapi, Ini Penjelasan dari LAPAN dan BPPTKG
Dari meme jadi simbol kebencian
Film ini menelusuri kembali kisah Pepe the Frog sejak pertama kali diciptakan oleh Matt Furie.
Meme tersebut muncul pertama kali di sebuah komik indie bernama Boys Club.
Dalam salah satu bagian, karakter Pepe terlihat tengah buang air kecil dengan celana yang diturunkan hingga ke pergelangan kaki. Di momen tersebut, Pepe menoleh ke seorang teman yang tengah membuka pintu toilet dan berkata “feels good, man.”
Ujaran tersebut pun jadi punchline sekaligus slogan untuk gaya hidup yang bebas dan carefree. Bersirkulasi di jagat maya dan diinterpretasikan ulang, hingga terpisah dari konteks aslinya.
Seiring dengan berjalannya waktu, Pepe the Frog pun diafiliasikan dengan narkoba, simbol kebencian dan kefanatikan, bahkan jadi maskot untuk white supremacy.
Matt Furrie pun tak tinggal diam. Ia melancarkan berbagai upaya agar karakter Pepe the Frog yang ia ciptakan bisa lepas dari stigmatisasi negatif tersebut; bahkan jika harus masuk ke ranah hukum.
Baca juga: The Waves, Dokumenter Perjalanan Sub-Kultur Indonesia dari Era 90-an Hingga Hari Ini
Critical response
Dokumenter ini adalah debut Arthur Jones sebagai sutradara. Meski begitu, ia berhasil menyajikan film yang menarik dan intriguing.
Reaksi positif pun mengalir dari berbagai pihak. Film ini menembus skor 90 persen di situs rotten tomatoes, masuk nominasi Sundance Film Festival dan Cleveland International Film Festival, hingga disebut-sebut sebagai film politik paling penting di tahun 2020 oleh media Polygon.