DKI Terapkan Ganjil Genap Lagi, Gara-Gara Jakarta Makin Macet!
Volume kendaraan di Jakarta makin padat, Polda Metro Jaya mengusulkan Pemprov untuk terapkan lagi ganjil genap (gage).
Selama pandemi corona, sistem gage ini memang tidak ada. Tapi, karena aktivitas orang-orang mulai kembali normal, jalanan jadi ramai dan macet lagi. Mengutip Detik, sistem ini belum diterapkan hingga Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro kembali berlaku.
Sistem ganjil genap bakal muncul lagi secara bertahap
Wadirlantas Polda Metro Jaya AKBP Rusdy Pramana menyarankan ganjil genap kembali secara bertahap. Katanya, ruas jalan dengan tingkat kemacetan arus lalu lintas yang padat harus jadi prioritas.
Selain itu, penting juga untuk memprioritaskan sarana dan prasarana angkutan umum yang memadai, katanya dalam Forum Group Discussion ‘Pemberlakuan Kembali Ganjil Genap’.
Ada pula pernyataan dari Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo. Ia mengutarakan bahwa pemberlakuan ini tidak langsung di 25 ruas jalan. Namun, mereka harus mengidentifikasi jalanan-jalanan yang paling ramai.
Syafrin menjelaskan kalau pihaknya harus mendata pelaku perjalanan. Kemudian dari data itu, Pemprov DKI bisa menentukan prioritas penerapan sistem tersebut.
Macet bikin jenuh dan emosi, jadi penyebab kecelakaan
Rusdy juga memaparkan akibat dari kemacetan yang bisa berakhir fatal. Macetnya arus lalu lintas bisa menyebabkan kejenuhan, kelelahan, dan emosi sehingga konsentrasi pengemudi jadi terganggu.
“Penyebab utama laka lantas (kecelakaan lalu lintas) adalah human error yang salah satunya karena tidak konsentrasi dan mengantuk,” pungkasnya.
Di sisi lain, kalau ganjil genap berlaku lagi, otomatis angkutan umum akan semakin penuh. Sehingga, mereka juga harus menyediakan armada angkutan umum yang memadai.
Angkutan umum lawan macet, tapi bagaimana protokol kesehatannya?
Salah satu hal yang jadi kekhawatiran dalam pemberlakuan sistem ganjil genap adalah angkutan umum yang tidak patuh protokol.
Makanya, perlu ada kesiapan dari TransJakarta atau angkutan umum lainnya untuk melayani penumpang dengan protokol yang kesehatan memadai. Salah satunya, dengan membatasi kapasitas jadi 50 persen.
Seakan serba salah, ini bisa jadi klaster penyebaran Covid-19. Pasalnya, saat sistem gage ini tidak ada, angkutan umum kerap kali melanggar protokol kesehatan.
—
Harus bagaimana, ya? Supaya macet berkurang, tapi protokol tetap berjalan.
Baca juga: