Dengan Durasi 3 Jam Lebih, Apakah ‘The Irishman’ Worth to Watch?
Film ‘The Irishman‘ besutan sutradara spesialis film gangster Martin Scorsese yang kurang lebih durasi tiga setengah jam itu menceritakan pembunuhan Presiden John F. Kennedy, korupsi dalam pergerakan buruh AS, konspirasi, dan semuanya diikat dengan benang merah yang mengawinkan para aktor kawakan dalam genre crime-thriller Amerika: Robert de Niro, Harvey Keitel, Joe Pesci, dan untuk pertama kalinya, Al Pacino.
Film keluaran Netflix ini kisahnyata yang juga diadaptasi dari memoar Charles Brandt yang berjudul ‘I Heard You Paint Houses‘, tentang kaki tangan mafia Frank Sheeran (Robert de Niro); mengisahkan sekitar 60 tahun berkecimoung di dalam dunia hitam bersama dengan rekan-rekannya, dengan para aktor veteran. Kerennya film ini menggunakan bantuan ‘teknologi de-aging‘ yang bisa membuat aktor veteran itu kembali muda. Tapi sebenarnya seberapa bagus sih film berdurasi 3 setengah jam ini?
Untuk beberapa orang yang memang suka film dialog film ini sangat seru dengan tingkat emosional yang tinggi. Begitupun juga untuk para pecinta sutradara Martin Scorsese film ini adalah film terbaiknya setelah ‘Goodfellas’. Tapi untuk beberapa orang yang hanya menginginkan action-nya saja, film ini akan sangat terasa membosakan dan bikin ngantuk.
Sinopsis
Frank (De Niro) adalah seorang sopr truk yang pengalamannya sebagai prajurit dalam Perang Dunia II membuatnya cocok untuk banting setir menjadi pembunuh bayaran berdarah dingin – serta pembantu Jimmy Hoffa (Pacino), kepala serikat buruh Internasional Brotherhood of Teamsters.
Joe Pesci kembali ke layar perak sebagai karakter yang berlawanan 180 derajat dari tipikal psikopat yang biasa diperankan olehnya dalam fillm ini ia adalah petinggi mafia yang banyak bekerja di balik layar bernama Russell Bufalino. Dia adalah yang pertama kali menemukan Frank dan merekrutnya.
Dalam film gangster Scorsese yang sebelumnya, Goodfellas dan Casino, hal-hal mencolok dan vulgar diperlihatkan terang-terangan untuk membuat penonton merasa terhibur sekaligus merasa jijik; di film ini, tidak ada yang tampak menyenangkan dari gaya hidup mafia. Namun scene penembakan dikepala dan darah masih diperlihatkan.
Karakter Frank Sheeran yang hambar begitu kontras dengan tokoh anti-hero dalam Goodfellas, Henry Hill, yang sejak kecil merasakan obsesi romantis dengan kuasa dan glamor dalam kehidupan mafia. Bisa dibilang, dari semua protagonis kriminal Scorsese, Frank Sheeran adalah tokoh yang paling santai; ia hanya kebetulan berada di sana. Meskipun mata pencahariannya sangatlah tidak biasa, Frank Sheeran tampak hampir tidak peduli; ia hanya melakukan apa yang harus dilakukan, sampai kelihatan seperti tugas biasa saja baginya meski harus membunuh seseorang atau meledakan sebuah pabrik.
Tapi Scorsese dan De Niro menggunakan kualitas dingin Sheeran untuk menekankan keburukan moral pekerjaannya. Ia sanggup meredam semua keinginan membangkang terhadap atasannya, membuatnya sangat efektif tapi juga hampa. Banyak kritikus film berkata bahwa De Niro berpotensi besar memenangkan piala Oscar.
Pendapat Netizen
IndieWire menyebut The Irishman sebagai “film drama kriminal terbaik Martin Scorsese setelah Goodfellas” karena sang sutradara mengedepankan “gayanya yang begitu khas selama hampir 50 tahun berkarya.” Tidak hanya dari Media, film ini juga mendapatkan sanjungan dari banyak kritikus film dan netizen.
THE IRISHMAN: An instant Martin Scorsese crime classic that’s everything you want to be, and more.
De Niro’s best work in ages, Pesci lights up the screen, and Al Pacino as Jimmy Hoffa screaming about the Kennedys is the peak of cinema!
— Brett _________ (@BrettRedacted) September 27, 2019
Boy. #TheIrishman is a fitting homecoming for De Niro, Pacino, Pesci, and Scorsese’s ode to gangster cinema. Hilarious and sharply written. A portrait of mortality and legacy, told like a culmination of everything we have ever seen in this genre. It’s LONG but never boring. #NYFF pic.twitter.com/OBTAXem4On
— Kevin L. Lee (@Klee_FilmReview) September 27, 2019
“The Irishman” is a gangster epic. The de-aging tech can be a bit jarring, but it’s a true portrait of a life in the mafia.
De Niro, Pesci and especially Pacino all bring their best stuff and it acts as a Scorsese greatest hits album. pic.twitter.com/yE7Nfod1XK
— Frank Pallotta (@frankpallotta) September 27, 2019
Ditambah lagi film ini mendapatkan rating 8,3 dari IMDb dan mendapatkan 96% Tomatometer dari Rotten Tomatoes. Jika tertarik menonton, film ini sudah bisa disaksikan di Netflix, happy watching!