Cinderella dan Disney Princess Lainnya Akan Pakai Hijab di Iran?
Cinderella dkk kabarnya akan mengenakan hijab, menyusul fatwa dari pemimpin tertinggi Iran
Cinderella dan para karakter kartun lainnya nampaknya akan mulai mengenakan hijab di Iran.
Kabar ini mencuat setelah pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei baru-baru ini mengeluarkan fatwa bahwa perempuan dalam kartun harus mengenakan hijab.
Baca juga: Elon Musk Rugi Rp 214 Triliun dalam Sehari, Gara-Gara “Keceplosan” Hal Ini
Asal-usul rencana Cinderella dkk berhijab
Isu ini mencuat pertama kali ketika Khamenei menjawab pertanyaan tentang penggunaan hijab di Telegram.
“Meskipun mengenakan hijab dalam situasi hipotesis seperti itu tidak diperlukan, mengamati hijab dalam animasi diperlukan karena konsekuensi dari tidak mengenakan hijab,” kata Khamenei menjawab pertanyaan itu seperti mengutip Al Arabiya.
Perlu diketahui pula, Iran memang punya peraturan ketat soal hijab.
Republik tersebut sudah mewajibkan semua wanita untuk menutupi seluruh bagian tubuhnya sejak negara itu berdiri di tahun 1979.
Jika tidak menutup tambut, maka perempuan harus rela jadi sasaran polisi moralitas, yang dikenal sebagai Gasht-e Irsyad.
Hal ini pun berimbas pada anggapan yang beredar di kalangan ulama dan kelompok agama di negara tersebut.
Mereka menilai, kemunculan wanita tanpa hijab di film asing yang ditayangkan di negara tersebut mendorong para perempuan untuk melepaskan penutup kepalanya.
Hingga saat ini, belum ada komentar resmi dari pemerintah Iran soal hal ini.
Baca juga: #StopAsianHate: Kenapa Kejahatan Terhadap Warga Asia di Amerika Meningkat?
Menentang penggunaan hijab dan cadar
Dalam dua dekade terakhir, tentangan dari para perempuan terkait penggunaan hijab sempat bermunculan. Perempuan di Teheran dan kota-kota besar lainnya hanya mengenakan pashmina.
Pelecehan terhadap perempuan yang tidak mengenakan hijab dengan benar juga bermunculan.
Salah satunya terjadi pada bulan Oktober lalu, dimana seorang perempuan ditangkap saat bersepeda tanpa mengenakan hijab. Video itu bersirkulasi di media sosial, dan sang perempuan dinilai “menghina Islam.”