Begini Penampakan Silicon Valley (Bukit Algoritma) Versi Indonesia di Google Maps
Bukit Algoritma udah muncul dalam google maps
Pembangunan Bukit Algoritma diklaim mencapai 1 miliar euro atau hampir Rp 18 triliun.
Kabarnya, mega proyek ini gak akan menggunakan uang negara. Hal ini pun masih menjadi perbincangan dari berbagai pihak.
Namun, meski belum jelas bagaimana detailnya menyoal pembangunan Silicon Valley ala Indonesia ini, ‘penampakan’nya udah muncul pada Google Maps.
Lokasi Bukit Algoritma terletak pada daerah Cikadang, Sukabumi. Gak jauh dari Shaolin Golf and Resort
Kira-kira membutuhkan waktu 3 jam untuk pergi ke sana dari Jakarta.
Menurut Ketua Pelaksana PT Kiniku Bintang Raya, Budiman Sudjatmiko yang membangun proyek ini, Bukit Algoritma masuk ke dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Selain itu, rencananya lahan yang akan dibangun Resort Cikidang di Sukabumi, Jawa Barat udah mendapat restu dari si pemilik.
Bukit Algoritma bakal jadi kawasan pengembangan riset dan sumber daya manusia berbasis industri 4.0
Pendapat beberapa pakar
Meski begitu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Digital Entrepreneur (ADEI), Bayu Prawira Hie nampaknya kurang memberikan dukungan atas proyek ini.
Menurutnya, sulit untuk melakukan pembangunan Silicon Valley Sukabumi ini meski punya rencana yang baik.
“Itu ide dan inisiatif yang bagus dan harus didukung. Hanya saja memang saat ini kelihatannya too good to be true,” ujar Bayu kepada CNN.
Beda dengan Sekjen ADEI, menurut Pakar teknologi informatika, Onno W. Purbo, pembangunan ini adalah hal yang bagus. Ia pun sembari mengingatkan kalau tempat bukan sesuatu yang sangat diperlukan.
“Kalau di dunia IT dan kreatif sebetulnya tempat itu enggak critical. Yang penting ada banyak orang pintar dan kreatif, plus punya sambungan internet yang kencang,” ujar Onno
Sambungan internet yang kencang jadi kebutuhan nomor satu dalam pembangunan ini.
Ada juga pandangan lain dari Asisten Profesor di Universitas Nottingham, Bagus Muljadi. Menurutnya pusat riset gak ada hubungannya dengan kemajuan bangsa.
Indonesia harus mulai memandang dari masalah, bukan bidan studi.
CEO Triplogic, Oki Eralivan Sampurna juga menyatakan pendapatnya. Ia justru mempertanyakan implementasi pembangunan ini nantinya.
“Saat ini kita kekurangan riset-riset yang kuat dan yang berkelanjutan. Saat ini riset hanya karena sebuah basis project. Setelah itu dijual. Itu tidak berkelanjutan,” ujarnya.
-
Jangan Main Game di Banda Aceh Saat Bulan Ramadhan, Loh Kenapa?
-
Ide Hampers Lebaran 2021 Untuk Dikirim Ke Kerabat!
-
Spotify Hadirkan Hub Ramadan!