Ada Doa di Tiap Lirik “Indonesia Raya”
“Indonesia Raya” diperdengarkan pertama kali pada hari Sumpah Pemuda
Banyak yang nggak tau, momen Sumpah Pemuda yang kini diperingati pada tanggal 28 Oktober sebenarnya juga dikenal sebagai hari pertama kali “Indonesia Raya” diperkenalkan ke publik sebagai lagu kebangsaan.
Bisa dibilang, lagu tersebut jadi bukti besarnya nyali dan tekad nasionalisme pemuda Indonesia. Pasalnya ketika lagu tersebut diperdengarkan, aparat keamanan Hindia Belanda turut mengawasi momen tersebut.
Lagu tersebut pun terbilang membawa semangat optimisme, berkat doa di setiap liriknya.
Baca juga: Luhut Binsar: Semoga Bali Jadi Tempat Perdamaian Ukraina dan Rusia
Doa di lagu “Indonesia Raya”
Wage Rudolf Soepratman, seorang wartawan yang juga dikenal sebagai pemain musik, menciptakan lagu “Indonesia Raya” setelah terinspirasi dari artikel majalah Timboel berjudul “Manakah komponis Indonesia yang bisa menciptakan lagu kebangsaan Indonesia yang dapat membangkitkan semangat rakyat?”
Ia lalu menuliskan not dengan bantuan biola di sebuah malam di tahun 1926. Lagu tersebut lalu masuk dapur rekaman, dengan bantuan teman WR Soepratman yang bernama Yo Kim Tjan. Ketika dirilis dalam format piringan hitam, lagu tersebut mengusung instrumen biola dan orkes keroncong.
Mengingat “Indonesia Raya” diciptakan lebih dari dua dekade sebelum kemerdekaan, liriknya pun ditulis dengan penuh doa dan harapan untuk persatuan dan kemerdekaaan Indonesia.
Lirik lagu tersebut diusung dengan 3 stanza. Stanza pertama berkisah tentang Indonesia yang saat itu belum bersatu, stanza kedua ditulis dengan doa tulus buat Indonesia untuk menjadi negara yang bahagia, sementara stanza ketiga menggambarkan janji dan sumpah dari seluruh rakyat Indonesia, sebuah sumpah janji setia terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lagu tersebut lalu diperdengarkan di Kongres Pemuda pada tanggal 1928 tanpa lirik. Sejumlah peserta kongres terharu dan bertepuk tangan, bahkan tak sedikit yang minta lagu tersebut dimainkan ulang. Namun perwakilan kolonial dan polisi rahasia Belanda hanya bengong karena tak tau apa yang baru saja terjadi.
Baca juga: Presiden Jokowi Gratiskan Pengobatan Gagal Ginjal Akut
Semangat “Sumpah Pemuda” WR Supratman
Peran WR Soepratman menciptakan lagi kebangsaan Indonesia di Kongres Pemuda Indonesia bukan tanpa konsekuensi.
Ia mesti hidup tak tenang karena selalu dimata-matai polisi rahasia Belanda karena menggunakan kata “Merdeka” dalam lagu tersebut.
Berkat jasanya, ia lalu dianugerahi gelar “Pahlawan Nasional” melalui Surat Keputusan Presiden RI No.16/SK?1971 tanggal 20 Mei 1971.
Pada tanggal 17 Agustus 1938 (Rabu Wage) WR Soepratman meninggal dunia di Jalan Mangga 21 Surabaya dan dimakamkan di kuburan umum Kapas Jalan Kenjeran Surabaya secara Islam.
“Nasibkoe soedah begini inilah jang disoekai oleh pemerintah Hindia Belanda. Biarlah saja meninggal saja ikhlas. Saja toch soedah beramal, berdjoeang dengan carakoe, dengan bolakoe, saja jakin Indonesia pasti Merdeka,” jelas WR Soepratman dalam pesan terakhirnya.
Your thoughts? Let us know!