Ada Apa dengan Mixue?
Mixue Satu, Tumbuh Seribu
Mixue. Kata ini aja udah cukup menjelaskan banyak hal. Banyak banget mention di Twitter soal ini. Sampe sekarang, udah ada sekitar 55 ribu kali penyebutan dalam beberapa hari terakhir.
Mungkin kebanyakan ngerasa kalau Mixue ini rasanya kayak bahaya laten yang nggak pernah kita duga. Tau-tau cabangnya ada di mana-mana. Bahkan, dari becandaan netizen, mereka bahkan takut kalau hati dan pikiran kosong lama-kelamaan bakal diisi sama gerai Mixue.
Apa gerai tersebut rame karena sering disebut di medsos atau emang produknya ok?
pikiran lagi kosong tau tau dijadiin gerai mixue
— kusnan kusnanu fungpu subur alias ki ireng (@shitegoblin) December 27, 2022
Mixue Sahabat Warga
Sejak 2020, Mixue sudah muncul dari persembunyiannya dan menebar jala di Indonesia. Gerai pertama yang dibuka oleh Mixue adalah gerai di Kota Bandung. Dari sana, setelah dua tahun berjalan, sudah hampir ada 300 gerai di seluruh Indonesia.
Tentunya gerai yang menjamur diakibatkan oleh permintaan yang cukup tinggi untuk es krim, boba dan teh susu yang jadi produk andalan. Di Indonesia terutama, karena seharusnya hanya ada dua musim yaitu kemarau dan penghujan, penjualan es krim akan cenderung lebih stabil dibandingkan negara dengan empat musim.
Lagipula, musim hujan dan wacana badai yang melanda kayaknya nggak berhentiin animo warga buat jajan es krim. Tetep aja Mixue jadi sahabat warga di kala mood sedang kacau dan uring-uringan.
Selain itu, harganya yang relatif murah nggak pernah jadi concern orang-orang buat beli dan nraktir orang yang disayang.
Kemungkinan besar, nggak ada yang akan bangkrut dan jatuh miskin kalau misal dititipin Mixue setiap hari kalau lagi ngapel.
kok indonesia dijajah 3 kali ya? pertama belanda, kedua jepang, ketiga mixue
— kyra (@risolmayonnaise) December 25, 2022
Kenapa Mixue Bisa Gitu, Ya?
Lho ya bisa. Dari jaman dulu juga selalu dikasih tahu kalau hasil itu nggak akan ngekhianatin usaha. Kalau kamu ngerasa Mixue sukses dengan mudah dan tanpa keringet pemiliknya netes ya kamu salah besar.
Mixue sendiri adalah brand dari Cina. Dilansir dari Tempo.co, pemiliknya bernama Zhang Hongchao. Dia mendirikan brand ini sejak 1997 dengan modal 4000 yuan atau sekitar 8 juta rupiah yang dia terima dari neneknya kala itu.
Uang tersebut bukan modal yang gede kalau harus dibandingin sama nilai franchise gerai Mixue yang ada di sekitar 700-800 juta. Bedanya, dulu Zhang mulai dengan alat dan teknologi seadanya dan belum menjual es krim yang seperti sekarang ini.
Dulu Zhang mulai dengan jualan es serut, es krim, dan smoothies dengan keuntungan sekitar 175 ribu rupiah. Namun, bisnisnya tidak bertahan lama karena salah perhitungan soal cuaca.
Untungnya hal ini nggak menghentikan Zhang dalam berbisnis. Dia memulai kembali dengan brand Mixue Bingchen (MXBC) di tahun 1999. Mixue akhirnya meraih kesuksesannya pada saat es krim cone populer akibat Olimpiade Beijing di tahun 2008.
Sebelumnya, di tahun 2007 Zhang sudah buka kesempatan buat kemitraan dengan pemodal. Tercatat di tahun 2008 sudah ada 180 gerai di Cina.
Pada tahun 2018 barulah Mixue melebarkan sayapnya dengan membuka kemitraan di luar negeri yaitu Vietnam.
Kini, secara keseluruhan sudah ada sekitar 20 ribu cabang dengan belasan ribu yang ada di Cina dan sisanya tersebar di 11 negara di Asia.
Malaikat Pencari Ruko Kosong
Beberapa waktu lalu, ada juga perdebatan soal arti dari nama dan logo Mixue. Dalam sebuah guyonan, ada yang bilang kalau logonya bukanlah manusia salju melainkan malaikat pencari ruko kosong.
Hal ini disebabkan penambahan cabang yang sangat pesat dalam dua tahun terakhir di Indonesia. Keberadaan Mixue yang merambah ke kota-kota kecil ini bahkan dianggap seperti penjajahan.
Mungkin fenomena ini dulu sempat terwakili oleh banyaknya gerai Alfamart dan Indomart. Mungkin, animo masyarakat pada es krim akan sebesar ini jika dibiarkan terus-menerus.
Kembali ke pembahasan soal arti nama Mixue. Dari akun TikTok @tirzaadorable yang memang suka membuat konten edukasi Bahasa Mandarin, dijelaskan kalau Mixue ini berdasar pada dua kata yaitu ‘mi’ dan ‘xue’. Kata ‘mi’ ini sendiri bisa saja diambil dari ‘feng mi’ yang artinya madu, dan ‘tian mi’ yang artinya manis.
Sedangkan buat ‘xue’, kata ini berarti salju. Dan berhubung logonya bergambar manusia salju, bisa jadi arti Mixue adalah manusia salju atau salju yang manis.
dear friends,
hati jangan terlalu lama kosong,
nanti diisi mixue~ttd,
malaikat pencari ruko kosong. pic.twitter.com/leJ2zuePET— Nœy Sugiono (@NoeySugiono) December 29, 2022
Dari Mixue Kita Belajar…
Pas ada brand yang viral seperti ini, seharusnya kita mulai mempelajari gimana caranya bikin bisnis yang stabil dan pesat perkembangannya. Nah, dari kasus ini kita bisa belajar kalau:
- Bangun bisnis itu nggak bisa instan. Bangkrut adalah hal yang biasa, dan bangkit adalah hal yang luar biasa.
- Nggak usah bikin ide yang jauh-jauh, es yang kamu anggap murah aja udah bisa bikin kamu jadi miliarder kalau dengan model bisnis yang tepat.
- Mixue menang di kuantitas, baik produksi atau distribusi keduanya sangat didukung oleh kuantitas yang tinggi. Kalau misal Mixue beli barang buat suplai, pasti murah banget. Dan kalau mereka produksi sendiri juga udah pasti murah banget karena produksi buat puluhan ribu gerai.
- Kebijakan harga yang ok. Menjual produk buat kelas menengan ke bawah di daerah Asia Tenggara itu adalah langkah yang paling tepat.
- Modal yang kecil, kualitas produk yang bagus, dan pengembalian modal yang keitung cepet. Katanya bisa balik modal dalam waktu 12-18 bulan. Di kasus tertentu, ada gerai yang balik modal dalam waktu 8 bulan.
- Terakhir, dari segi branding, meski nggak gembar-gembor ini itu. Dengan ngasih harga yang murah dan lokasi gerai yang strategis ini udah jadi bahan omongan warga. Ya kaya gini, diomongin terus.
—
-
Cebok Jadi Identitas Budaya?
-
Curving Lebih Serem dari Ghosting?
-
Serba Salah Nepo Baby yang Lagi Rame Belakangan Ini