Singa Jinak Bak Kucing? Riset Sebut Hormon Cinta Jadi ‘Rahasia’
Singa jinak tentunya bukan sebuah hal yang lazim, apalagi sampai seperti kucing.
Namun sepertinya hal ini akan menjadi hal yang ‘mungkin’ terjadi dalam beberapa waktu ke depan.
Disemprot oksitosin bikin singa jinak bak kucing
Dilansir dari AFP, setelah penemuan bertahun-tahun, para ilmuwan menemukan bahwa singa yang hidungnya disemprot oksitosin akan lebih jinak.
Oksitosin atau ‘hormon cinta’ ternyata dapat mempengaruhi perilaku si ‘raja hutan’. Adapun hasil penelitian ini sudah terbit dalam jurnal iSciecen dan disebut bermanfaat bagi upaya konservasi.
Jessica Burkhart salah satu penulis menyebut dirinya melakukan penelitian itu karena tertarik pada singa.
Dia ingin mempelajari perilaku singa secara nyata. Menurutnya, singa sebenarnya terkait erat dengan kehidupan sosial. Hewan ini umumnya merasa bangga ketika menang dan mampu mempertahankan wilayah mereka.
“Jika Anda berpikir tentang singa jantan, misalnya mereka akan meninggalkan kebanggaan ketika mereka berusia beberapa tahun dan mereka akan bertemu dengan singa jantan lain yang tidak mereka kenal dan tidak ada hubungannya, dan mereka akan membentuk ikatan seumur hidup,” kata Burkhart.
Dari perilaku itu, secara biologis singa memang terprogram untuk menjadi sosial. Itulah yang menjadikan singa sebagai spesies uji yang menarik untuk intervensi oksitosin.
Apa itu Oksitosin?
Bagi mamalia, oksitosin adalah molekul utama yang dapat memperkuat ikatan sosial. Menariknya, oksitosin sendiri kerap dikenal sebagai bahan kimia pelukan.
Sebagai contoh, oksitosin akan melonjak saat seorang ibu menatap bayinya yang baru lahir. Hal ini meningkatkan perasaan sejahtera dan bahagia.
Efek serupa juga kerap terjadi pada anjing dan pemiliknya.
Begini efeknya pada singa
Buckhart dan teman-teman dari University of Minnesota menyemprotkan oksitosin langsung ke hidung dengan menggunakan alat seperti botol parfum.
Setelah disemprotkan, hormon itu akan langsung mengalir ke otak.
Usai beberapa kali penyemprotan pada 23 singa, mereka menjadi lebih toleran terhadap singa lain di lingkungan.
“Setelah singa-singa itu dirawat dengan oksitosin, kami memberi mereka mainan labu untuk dimainkan. Kami melihat jarak rata-rata di antara mereka turun dari 7 meter menjadi 3,5 meter setelah diberi oksitosin,” katanya.
Singa juga tidak mengaum saat rekaman suara penyusup diputar. Padahal dalam kondisi normal, mereka akan siaga.
Ini manfaat temuan tersebut
Buckhart menyebut kalau temuan ini dapat membantu singa asing yang diselamatkan dari situasi sulit untuk bisa bergabung kembali dengan singa di alam liar.
Selain itu teknik ini bisa digunakan untuk mengangkut singat ke tempat perlindungan dan mencegah konflik bersama singa lain.