Eco Enzyme, Cairan dari Sampah Dapur Untuk Bersihkan Udara
Terbuat dari fermentasi sampah organik dapur, eco enzyme jadi bahan semprotan disinfektan alami dan ‘sabun’ bagi udara. Bahan inilah yang digunakan Pemerintah Kota Denpasar, Bali dalam upaya memperbaiki kualitas udara, terutama saat pandemi seperti sekarang.
Melansir Suara, Pemkot Denpasar terus melakukan penyemprotan cairan ini dari mobil tangki ke udara untuk membuat lingkungan jadi lebih bersih. Bukan hanya efektif membersihkan, cairan yang terbuat dari bahan organik itu lebih ramah lingkungan daripada bahan-bahan pembersih kimia lainnya.
Pemkot Denpasar terus semprotkan Eco Enzyme ke udara
“Kegiatan ini kami lakukan agar udara bersih dan sehat. Terlebih saat pandemi ini, sebagai upaya untuk mempercepat pandemi melandai.” jelas Wali Kota IGN Jaya Negara, mengutip dari Antara.
Bersama dengan komunitas Eco Enzyme Nusantara Bali, Jaya Negara berharap penyemprotan keliling ini bisa memberikan dampak baik bagi lingkungan. Kegiatan ini sudah mereka laksanakan sejak 15 Juli 2021 ke berbagai desaa dan kelurahan di empat kecamatan Kota Denpasar.
Sementara itu, Udi Prayudi dari komuniras tersebut menyampaikan penyemprotan ini setiap harinya melibatkan delapan truk dari Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Pertahanan dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Denpasar.
Disinfektan alami yang ramah lingkungan
Walaupun terdengar aneh karena terbuat dari sampah dapur, ternyata eco enzyme merupakan cairan pembersih serbaguna yang efektif. Bahkan, anggota DPD Made Mangku Pastika mendorong komunitas agar menggandeng para ilmuwan untuk mengembangkan bahan ini jadi berbagai produk pembersih.
Cairan eco enzyme ini ternyata awalnya ditemukan oleh Dr. Rosukan Poompanvong dari Thailand. Kemudian, temuan tentang segudang manfaat dari cairan ini pun mendapatkan penghargaan dari FAO PBB dan disebarluaskan ke dunia.
Karena bahannya yang ada di mana-mana dan mudah kita temukan, cairan pembersih serbaguna itu bisa kita buat sendiri di rumah. Caranya, dengan mencampurkan air, gula, dan kulit buah yang lunak (contoh: lemon, apel, mangga, dll.) dengan rasio 10:1:3. Kemudian, zat-zat di dalamnya akan terfermentasi dan kita biarkan selama tiga bulan.
Untuk lebih lengkapnya, bisa cek ke artikel Sustaination!
—
Baca juga: