European Super League dan Segala Problematikanya
Akhir-akhir ini, pecinta sepak bola dihebohkan dengan perdebatan mengenai pelaksanaan European Super League. Sebuah kompetisi tertutup diikuti oleh klub-klub elite Eropa yang dianggap melanggar prinsip ‘Fair Play‘.
Belum juga dimulai, kompetisi ini sudah mengalami penolakan dari berbagai pihak. Bahkan banyak pemain legendaris yang mengutuk kompetisi tertutup ini.
Awal Mula European Super League
Hadirnya European Super League disebut-sebut akan menjadi kompetitor dari Champions League. Namun, baru juga direncanakan dan belum dimulai, kompetisi ini sudah dikecam di mana-mana.
Sebanyak 12 klub besar Eropa dikabarkan akan turut serta dalam kompetisi ini. Di antaranya Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid, Manchester City, Manchester United, Chelsea, Liverpool, Tottenham Hotspur, Arsenal, Juventus, Inter Milan, dan AC Milan.
Rencananya, kompetisi ini akan diisi oleh 12 klub pendiri tetap dengan delapan tambahan klub yang bisa berubah-ubah setiap tahunnya, tergantung performa dari setiap tim. Sehingga selama kompetisi nanti bergulir, akan ada 20 klub di dalamnya.
Baca juga:
-
BTS Berkolaborasi dengan McDonalds, Akan Hadirkan Menu Spesial ke Indonesia
-
Marvel ‘Shang-Chi’ Rilis Teaser Trailer, Ungkap Pahlawan Baru dan Musuh Familiar!
-
Road Party Season 3, Hadirkan Tantangan Otomotif yang Lebih Seru!
Adapun struktur organisasi dari European Super League ini yaitu Florentino Perez (Presiden Real Madrid) sebagai Chairman, Andrea Agnelli (Presiden Juventus) dan Joel Glazer (Pemilik Manchester United) sebagai Vice-Chairman.
Pembentukan kompetisi yang terjadi saat pandemi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan intensitas kompetisi Eropa sepanjang musim. Selain itu juga ingin menciptakan klub dan pemain hebat supaya bisa bersaing secara teratur.
Kabarnya, peserta dari kompetisi ini juga akan mendapat uang tampil sebesar 300 juta poundsterling atau setara Rp 6 triliun. Bahkan jumlah itu bisa semakin bertambah jika performa di lapangan semakin membaik.
European Super League Dikecam Banyak Pihak
Penolakan atas terbentuknya kompetisi ini cukup besar dari berbagai pihak. Mulai dari Premier League, LaLiga, UEFA, sampai FIFA pun menentang adanya kompetisi ini.
Tak hanya itu, para suporter pun juga turut menolak kompetisi ini. Sebab, European Super League hanya akan mengumpulkan tim-tim elite Eropa saja dan menutup lahirnya persaingan sehat dalam sepak bola.
"This is, for me, a war on football."
"It's a disgrace, it's embarrassing, and it goes against everything that football is about."
Some strong feelings about the European Super League from our panel.
🗣 @rioferdy5, @RobbieSavage8 , @FrannyBenali pic.twitter.com/M2juOCmNNz
— Football on BT Sport (@btsportfootball) April 18, 2021
Hal ini membuat klub-klub kecil tidak bisa bersaing dengan klub terbaik serta tidak dapat berkembang. Sementara itu klub elite akan semakin kuat dan kaya.
Maka dari itu, asosiasi dan operator kompetisi menganggap turnamen tertutup ini melanggar prinsip ‘Fair Play’. Legenda pesepak bola pun menyesali adanya turnamen tertutup yang sangat tidak adil ini.
Sanksi untuk Tim yang Ikut European Super League
UEFA dan FIFA tidak setuju dengan pelaksanaan kompetisi ini karena telah memisahkan diri dari struktur sepak bola internasional. Mereka pun telah menyiapkan sanksi bagi siapapun klub yang mengikuti European Super League.
Presiden UEFA, Aleksander Ceferin akan mencoret peserta kompetisi tertutup itu dan dilarang untuk tampil di segala macam kompetisi yang berada di bawah naungan UEFA. Bahkan para pemain juga akan turut dilarang untuk membela timnas negara asalnya.
“Para pemain yang bermain di tim peserta liga tersebut, dilarang tampil di Piala Dunia dan Piala Eropa. Mereka tidak bisa membela timnas mereka di pertandingan manapun,” kata Ceferin dikutip dari Sky Sports.
_
“This is, for me, a war on football.” – Rio Ferdinand.